Mohon tunggu...
Rahmat HerryPrasetyo
Rahmat HerryPrasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Penulis lepas dan editor freelance.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Jakob Oetama Versi Saya

11 September 2020   06:13 Diperbarui: 11 September 2020   07:10 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya awali tulisan ini dengan ucapan turut berduka cita atas wafatnya Jakob Oetama, pendiri Kompas Gramedia. Meski tidak secara langsung atau secara pribadi mengenal Pak Jakob, namun dari cerita para karyawannya saya bisa merasakan energi kerendahan hati dari beliau.

Jika meninjau ulang pengalaman kerja saya, dari dulu hingga sekarang, saya tidak bisa lepas dari Kompas Gramedia yang didirikan Pak Jakob. Kisahnya bisa saya awali setelah saya lulus kuliah.

Begitu mendapatkan ijazah karena sudah berhasil menamatkan kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), tahun 1995, saatnya saya menyebar surat lamaran kerja sebanyak-banyaknya. Waktu itu belum pakai email, surat lamaran kerja masih amplopan, dan dikirim via pos. Salah satu surat lamaran kerja saya mampir di Harian Kompas waktu itu.

Singkat cerita, saya dipanggil  Kompas untuk mengikuti berbagai tes. Waktu itu saya sudah bekerja di sebuah penerbitan buku di daerah Jakarta Timur. Mendapatkan surat panggilan tes masuk kerja dari Kompas saya pun sangat antusias mencobanya. Setidaknya ada ratusan pelamar kerja yang ikut seleksi kala itu, mulai dari psikotes, tes menulis, tes bahasa Inggris, hingga tes wawancara.

Nah, saya dengan sekitar empat atau lima orang sampai pada tes wawancara. Berarti saya lolos psikotes, tes menulis, tes bahasa Inggris, mengalahkan ratusan pelamar lainnya. Yah, apa boleh buat, ternyata saya gagal di tes wawancara dan gagal pula menjadi wartawan Kompas.  Saya pun kembali ke pekerjaan semula.

Tak berselang lama, ada pengumuman lowongan kerja di Penerbit Elex Media Komputindo. Saya mengirim surat lamaran dan dipanggil untuk tes di kantornya, Palmerah Jakarta Barat. Penerbit yang berada di bawah naungan Gramedia Group ini, singkat cerita, menerima saya bekerja sebagai editor.
Sekitar enam bulan saya bekerja di Elex, tapi belum diangkat sebagai karyawan. ID Card saya waktu itu masih berwarna putih, yang menandakan bahwa saya masih belum diangkat sebagai karyawan. Setelah enam bulan percobaan, sebenarnya saya diperpanjang dan berpeluang diangkat menjadi karyawan tetap. Namun, saya malah keluar dari Elex karena jiwa muda saya masih bergejolak untuk mencoba bekerja di penerbitan pers, bukan penerbitan buku.

Selama enam bulan bekerja di gedung Kompas Gramedia, waktu itu masih gedung yang lama, bukan gedung baru yang sekarang, ada banyak cerita tentang Pak Jakob dari teman-teman saya di Elex. Semua karyawan memiliki kesan yang sama, bahwa Pak Jakob merupakan pribadi yang rendah hati.
Saya tidak sempat mengenal lebih jauh tentang pribadi Pak Jakob karena saya hanya bekerja enam bulan di gedung Kompas Gramedia. Tapi, kalau tidak salah ingat, waktu itu kantor Elex Media satu lantai dengan kantor Pak Jakob, di lantai 6. Semoga saya tidak salah ingat karena pengalaman ini sudah lama terjadi.

Namun, hal yang masih saya ingat adalah senyum Pak Jakob, karena beberapa kali saya berpapasan dengan beliau. Wajar sebenarnya untuk saya beberapa kali melihat Pak Jakob karena kantornya bersebelahan. Teman saya yang sudah menjadi karyawan Elex Media waktu itu mengatakan kepada saya, "Itu kantor Pak Jakob Oetama."

Setelah tidak bekerja di kantor Kompas Gramedia, saya melanjutkan karier di beberapa perusahaan dan semuanya kantor penerbitan, khususnya koran dan tabloid. Bukan sebagai wartawan, namun sebagai editor bahasa. Di sela-sela waktu luang, saya menulis naskah dan saya kirimkan ke penerbitan yang tergabung dalam Gramedia Group.

Tidak hanya itu, saya juga sering menjadi korektor lepas di Gramedia Pustaka Utama (GPU). Tugas saya waktu itu adalah mengoreksi naskah yang sudah diedit oleh editor GPU. Beberapa tahun sambil menjadi korektor lepas, saya juga mulai menjadi editor freelance; baik itu di GPU, Grasindo, maupun Bhuana Ilmu Populer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun