Cara 1, gigihlah dalam berusaha. Kegigihan tidak hanya membuat saya lebih mudah mendapatkan rezeki, namun juga bisa membuat saya lebih gampang menjaga semangat hidup. Virus corona yang menggerus pendapatan atau bahkan menghilangkan sementara peluang-peluang terbaik jika tidak dihadapi dengan kegigihan maka akan membuat saya mudah menyerah, kehilangan motivasi, dan pada akhirnya hanya pasrah pada nasib.
Sebaliknya, jika banyak hal buruk bisa saya ubah menjadi pendorong untuk berusaha lebih gigih lagi maka keberhasilan di masa pandemi pun masih berpotensi saya rasakan. Semangat hidup tidak akan bisa saya jaga dengan baik tanpa kegigihan.
Entah itu lewat menghasilkan banyak karya tulis atau melalui beberapa usaha lain, setidaknya benamkan kegigihan di dalam diri, hingga mampu memompa semangat hidup di masa pandemi.
Cara 2, yakin bahwa apa pun yang terjadi, terjadilah! Berusaha saja, terus-menerus, kontinu, dan jangan takut risiko atau tantangan yang akan dihadapi di depan mata. Di saat ada kerikil-kerikil persoalan yang menghambat perjalanan, lalui saja.
Meski secara perlahan dan hati-hati, namun teruslah bergerak. Meski pandemi juga membatasi gerak karya saya, menghilangkan beberapa kesempatan untuk berusaha, namun saya tak boleh berhenti.
Berusaha saja dengan kreatif, konsisten, percaya diri, dan jangan risaukan hasilnya. Apa pun yang terjadi, terjadilah! Selama saya sudah berusaha, sudah memanfaatkan waktu dan kesempatan dengan baik, selama tidak menyia-nyiakan talenta yang saya punya, maka saya tetap bisa fokus pada prosesnya. Di sinilah saya bisa lebih mudah menjaga semangat hidup di masa pandemi.
Cara 3, ada alasan yang kuat untuk membahagiakan orang-orang tercinta. Seperti halnya nelayan yang gigih mencari ikan di tengah lautan demi keluarga, saya pun demikian. Setiap hari saya mencoba berkreasi, mencari banyak peluang untuk menciptakan terobosan di masa pandemi, dengan alasan kuat untuk keluarga. Untuk membahagiakan orang-orang tercinta menjadi penyemangat hidup dalam berkarya.
Banyak tantangan yang harus dilewati. Entah itu tantangan dari dalam diri sendiri yang kadang merasa kelelahan, tidak percaya diri, atau bahkan tidak yakin rezeki akan datang di masa pandemi. Juga, tantangan dari luar, seperti banyak pesaing di bidang yang sama, atau banyak pula yang lebih hebat dari apa yang saya lakukan. Semua itu harus bisa saya respons dengan baik agar semangat hidup tidak tergerus bahkan hilang.
Demi membahagiakan keluarga, apalagi jika kesulitan demi kesulitan masih berkawan akrab dengan saya, maka saya tidak akan mudah berhenti berusaha.
Apa pun itu bentuk usahanya, setidaknya di situlah saya bisa menyadari bahwa saya harus tetap menjadi pribadi yang antusias menyambut kesulitan dengan semangat hidup yang jauh lebih hidup daripada di masa-masa sebelumnya. Pandemi bolehlah membawa virus yang mematikan, namun semangat hidup tak boleh padam.
