Mohon tunggu...
Herry Mendrofa
Herry Mendrofa Mohon Tunggu... Jurnalis - Aktivis

Wiraswasta, Wartawan dan Pekerja Sosial.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Potret Si Miskin dan Strategi Kolektif-Implikatif

10 Januari 2020   08:20 Diperbarui: 10 Januari 2020   08:27 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Memasuki awal Tahun 2020, Republik Indonesia diterpa berbagai macam persoalan yang mendera. Mulai dari Bencana Banjir yang begitu sempat melumpuhkan Ibukota Republik Indonesia, Percikan perseteruan atas perairan Natuna Utara dengan Republik Rakyat Tiongkok yang selama ini disebut-sebut sebagai investor paling berpengaruh di Indonesia zaman ini hingga permasalahan-permasalahan lainnya termasuk masalah kemiskinan yang masih menjerat.

Maklum saja Indonesia masih harus merangkak untuk berdikari secara ekonomi sebagai jalan perjuangan bangsa ini.

Kemiskinan sudah menjadi persoalan yang kulturistik dan klasik bagi setiap negara khususnya negara-negara yang berkembang tanpa terkecuali Indonesia. Baik di Kota maupun di Desa, persoalan kemiskinan tidak akan dapat dihindari.

Permasalahan ini merupakan implikasi berkepanjangan dari tidak berimbanganya sisi keadilan sosial pasca begitu pesatnya akselerasi pembangunan nasional maupun perilaku destruktif di bangsa ini.

Upaya konstruktif dalam rangka pengentasan kemiskinan baik dari hilir hingga hulu dan sebaliknya terus digalakkan sebagai konsekuensi logis dari pertanggungjawaban negara secara konstitutif terhadap pemeliharaan fakir miskin dan anak-anak terlantar. Belum lagi untuk mewujudkan tatanan masyarakat Pancasila yang menuntut terciptanya Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Ternyata karena mungkin pemerintah sibuk dalam mengimplementasikan visi dan misi pemimpin terpilih, selama ini negara hampir saja melupakan bahwa ditengah-tengah usaha untuk memajukan kesejahteraan umum tersebut terdapat salah satu keluarga yang terbilang masih jauh dari kata sejahtera.

Ironisnya, terdapat di Desa Cibening, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Bukan rahasia umum lagi bahwa Kabupaten Bekasi berada di kawasan yang sangat populis dipandang sebagai kawasan industri terbesar di Asia Tenggara serta termasuk dalam daerah penyangga ibukota negara. Kondisi ini pun akhirnya menampilkan sebuah paradoks tersendiri ditengah-tengah realitas yang terjadi.

Seolah menganggap bahwa hidup ini layak untuk diperjuangkan, pasangan Suami Istri: Acim (60) tahun dan Cicih (45) tahun warga RT 02/RW 06 Desa Cibening sekalipun ditengah keterbatasan mereka terus berusaha agar anak-anak mereka setidaknya tidak bernasib yang sama seperti kondisi sekarang dialami.

Pilunya kehidupan keluarga ini ditandai dengan keberadaan di sebuah gubuk sekitar pesisir pertanian di desa tersebut. Belum lagi penyakit diabetes dan darah rendah tak berkesudahan yang dialami Cicih terus memperparah keadaan keluarga ini.

Bahkan kadar glukosanya pernah mencapai 374 dari normal yang biasanya 140. Asalnya memang keluarga ini pernah tinggal dirumah saudara namun karena memiliki permasalahan dan takut merepotkan maka mereka diusir pergi.

Berdasarkan realitas bahwa ekonomi yang mencekik selama ini menyebabkan Acim nekat membuat gubuk di lahan pertanian milik desa setempat. Untungnya masih diberikan izin untuk mendirikan tempat tinggal Pondasinya bambu beratap asbes dan dinding berasal dari spanduk baik yang diberikan warga setempat maupun atas permintaan sendiri.

Mirisnya lagi bahwa ketika hujan deras yang hebat awal tahun kemarin selama berjam-jam itu pula Acim memegang bambu untuk menghindari agar tempat yang mereka tempati tidak rubuh.

Acim yang sehari-hari melakoni pekerjaan serabutan berpenghasilan 80 ribu dan itupun digunakan untuk keperluan tiga hari kedepannya. Betapa memprihatinkan kehidupan keluarga yang memiliki dua orang anak dan masih duduk di bangku sekolah.

Memang Acim dan Cicih termasuk dalam daftar penerima Program Keluarga Harapan (PKH) sejak 2018 silam di Kabupaten Bekasi. Inisiatif salah satu Pendamping Sosial PKH, Anjani mendorong dukungan dari berbagai pihak secara swadaya tanpa terkecuali Pemerintahan Desa Cibening.

Langkah ini pun berbuah manis, Kepala Desa dan warga saling bahu-membahu mendirikan rumah Acim dan Cicih yang berjarak 10 meter dari gubuk sebelumnya.

Bangunan rumah ini berukuran 5,5 x 6 meter di lahan pertanian milik desa. Kerjasama ini terus diupayakan sehingga terkumpul dana sekitar 6 jutaan untuk merealisasikan komitmen pertolongan yang diberikan.

Nantinya, seminggu ke depan akan segera dapat ditempati. Tidak terlepas juga sepanjanga penanganan fenomena ini kontribusi profesional seorang Pekerja Sosial Supervisor Program Keluarga Harapan, Rissa Manelly sangat nyata.

Pekerja Sosial tersebut mampu  mengintegrasikan pendekatan pekerjaan sosial secara holistik terintegratif yang menghasilkan solusi yang sangat ideal untuk kehidupan dari salah satu keluarga penerima manfaat dari PKH di Kabupaten Bekasi.

Mendengar hal ini, Dinas Sosial Kabupaten Bekasi dan Kementerian Sosial Republik Indonesia merasa prihatin sedalam-dalamnya dan berupaya untuk mendukung agar keberfungsian sosial dari keluarga penerima manfaat Program Keluarga Harapan tercapai dengan baik kedepannya.

Dinas Sosial pun mengapresiasi setiap pihak yang dengan sigap mengulurkan tangannya tanpa pamrih untuk mendukung kesejahteraan Acim dan keluarga.

Komitmen Pemerintah sebenarnya sudah direalisasikan dengan baik sekalipun di berbagai sisi masih belum berjalan optimal. Dukungan dan sinergi dari setiap komponen bangsa akan sangat membantu untuk mempercepat pengentasan kemiskinan dan dengan mudah akan menciptakan keadilan sosial berdasarkan cita-cita para pendiri bangsa ini.

Mengatasi kemiskinan bukan sebuah sikap amal. Itu merupakan tindakan keadilan. Itu merupakan perlindungan terhadap hak asasi manusia yang fundamental, hak atas martabat dan kehidupan yang layak. Selagi kemiskinan berlanjut, tidak ada kemerdekaan sejati (Nelson Mandela).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun