Salah satu tradisi masyarakat Jawa, dalam konteks lebaran, dikenal dengan istilah ujung (ujung-ujung)- dapat dimaknai “dari ujung ke ujung”, melebur dosa dari kerabat yang sepuh, berlanjut ke kerabat muda.
Ujung merupakan upaya merekatkan peseduluran, kekeluargaan, serta saling memaafkan.
Bagi sebagian masyarakat desa, utamanya di pinggiran kota Yogyakarta, ujung bukan sekadar bersilaturahmi saling memaafkan, tetapi lebih dari itu, merupakan kepedulian terhadap orang lain dan kebersediaan berbagi cerita di ruang tamu.
Meskipun sudah pindah dari desa Jamblangan, Seyegan, Sleman, beberapa tahun lalu, tapi dapat dipastikan saya dan Ibu Negara Omah Ampiran, setiap lebaran pasti melakukan ujung ke desa Pundong, Mlati, Sleman, bersebelahan dengan desa Jamblangan. Jika tidak dilakukan, terasa ada semacam kerinduan yang tetap menganga tidak terobati.
Pada hari lebaran pertama (31/3/2025) sore hari, saya bersama Ibu Negara Omah Ampiran, Genduk plus suaminya, ujung ke Pundong menemui keluarga Pak Wardjoko, Pak Wondo, dan Pak Yanto. Pertemuan ujung selalu diawali dengan basa-basi, bertukar kabar, berbagi cerita, baru masuk acara inti permintaan maaf.
Kali ini di kediaman Pak Wardjoko, kami mendapat cerita seru mengenai kehebatan si Narima, seekor sapi penurut. Satu dari dua belas ekor sapi lainnya piaraan Pak Wardjoko.
Sapi jantan gagah dengan bobot mencapai sembilan kwintal, berumur belum genap lima tahun, dan tingginya melebihi Mas Bibit, sudah ditawar sampai di angka tujuh puluh juta.
“Lha kula le ngopeni awit cenger. Sapine manutan. Disukani pakan napa mawon doyan. Setahun niki kulo sukani telo, injih purun. Komboran dedak kalih kalajana njih telas. Eman-eman menawi disade- Saya merawatnya sejak bayi merah. Ia tidak rewel. Diberi makan apa saja tidak menolak. Setahun ini diberi ubi juga mau. Makanan dedak dicampur kalajana juga disikat habis. Tidak sampai hati kalau harus menjual,” jelas Mas Bibit, putra Pak Wardjoko.
Komboran (comboran) merupakan pakan sapi (baik berupa dedak, bekatul, rumput, jerami atau kalajana) yang dicampur air hingga serupa bubur. Bisa juga komboran dengan bahan singkong yang sudah direbus.