Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Pak Pos dan Balada Kartu Lebaran

8 April 2023   20:56 Diperbarui: 8 April 2023   21:02 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kartu Lebaran/Sumber foto Canva

Dulu saat puasa sudah berjalan dua minggu, toko buku maupun lapak-lapak pedagang Malioboro yang  menyediakan kartu lebaran, ramai diserbu pembeli kartu lebaran. Kartu lebaran di lapak souvenir Malioboro biasanya bukan kartu pabrikan tetapi hand made buatan "seniman" Malioboro. Kartu lebaran juga bisa didapatkan di kios-kios koran.

Pada tahun 1980-an hingga akhir 1990-an, bisnis kartu lebaran begitu marak. Setidaknya satu keluarga akan membutuhkan lima sampai sepuluh (bahkan lebih) kartu lebaran untuk dikirimkan ke orang tua, saudara, sahabat, dan relasi. 

Mengirim kartu lebaran merupakan tradisi untuk meminta maaf sekaligus menjalin silaturahmi dengan keluarga dan relasi yang berada di luar kota. Sering juga orang berkirim kartu lebaran meskipun berada di kota yang sama. Hal ini dilakukan  untuk menunjukkan respek maupun kedekatan persahabatan.

Agar semua relasi mendapatkan kiriman kartu lebaran tanpa terlewatkan, maka setiap orang/keluarga mempunyai catatan nama-nama yang wajib dikirimi kartu lebaran.

Tradisi mengirim kartu lebaran, membuat pegawai Kantor Pos  berjibaku karena kerja menjadi over load. Kantor Pos disibukkan melayani penjualan perangko untuk pengiriman kartu lebaran.  

Di samping itu Kantor Pos juga dipenuhi orang-orang yang ingin mengirimkan kartu lebaran langsung lewat loket. Meskipun tersedia kotak surat di beberapa tempat strategis, tetapi ada kecenderungan orang lebih puas mengirim dengan datang langsung ke kantor Pos, terlebih bagi mereka yang belum mempunyai perangko dan harus membeli di Kantor Pos.

Seminggu menjelang lebaran, Pak Pos yang biasa keliling kampung mengendarai sepeda dengan kantung surat yang dipenuhi kartu lebaran, pasti terlihat terburu-buru karena jumlah surat (termasuk kartu lebaran) yang harus disampaikan cukup banyak. 

Rasanya senang kalau Pak Pos berhenti di depan rumah, membunyikan bel sepeda: kring kring kring dan berteriak, surat!

Produksi kartu lebaran awalnya bergambar masjid, ketupat, dan bedug. Dalam perkembangannya muncul gambar bunga, hewan, pemandangan, gedung bersejarah, kain tenun, penari, dan berbagai gambar dekoratif dengan berbagai tema, tidak terbatas pada tema keagamaan.

Kini, meskipun lebaran sudah mendekat, tetapi Kantor Pos terlihat lengang. Pak Pos juga tak tampak sibuk lalu lalang mengantarkan  surat atau kartu lebaran ke rumah-rumah. Orang pun tak lagi berburu kartu lebaran untuk dikirimkan ke sanak keluarga atau relasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun