Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

B. Soelarto: Mempertimbangkan Sketsa Kehidupan

3 April 2023   14:05 Diperbarui: 3 April 2023   14:14 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Domba-Domba Revolusi/Foto: Hermard

Kedudukan Bambang Soelarto dalam dunia sastra Indonesia dianggap cukup penting oleh H. B. Jassin dan A. Teeuw dengan kemunculan drama berjudul "Domba-domba Revolusi". Kelompok Lekra mempersoalkan dan menilai "Domba-domba Revolusi" menyindir pemerintah dengan banyaknya kritik yang dilontarkan terhadap penguasa. Naskah "Domba-domba Revolusi" pertama kali dimuat oleh majalah Sastra pada tahun 1962.

Bambang Soelarto, atau lebih dikenal dengan B. Soelarto, lahir pada tanggal 11 September 1936 di Purworejo dan meninggal pada tanggal 3 Maret 1992 di Yogyakarta. Menyelesaikan pendidikan SD, SMP, SMA-A, dan B-1 Negeri Jurusan Sejarah (1960).

Kiprahnya dalam dunia sastra diawali sebagai redaktur kebudayaan dalam harian Tanah Air dan Daulat Rakjat (terbit di Semarang 1955-1956), menjadi wartawan harian Gotong Royong, sekretaris BUKN Jawa Tengah, Ketua Harian Dewan Kesenian Yogyakarta, dan sejak tahun 1957 menjadi pegawai Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulai tertarik kepada dunia lakon pada awal dasawarsa 1960-an dengan mengangkat sketsa-sketsa kehidupan ke dalam cerita pendek dan naskahnya. 

Mendapat penghargaan sebagai pemenang terbaik pada penulisan karya sastra tahun 1961-1962. la menulis cerpen, novel, dan naskah drama. Cerpennya dimuat dalam Siasat, Mimbar Indonesia, Budaja, Cerita, Sastra, Minggu Pagi, Star Weekly, Sinar Harapan dan Horison. Cerpen-cerpen Bambang Soelarto dikumpulkan dalam antologi Catatan Tahun 60.

Permasalahan yang ditampilkan dalam "Domba-domba Revolusi" mengenai orang-orang yang mengikuti perjuangan karena memiliki maksud tersembunyi yang tidak terkait dengan upaya membela tanah air dan bangsa. Tokoh-tokoh yang terlibat antara lain pedagang yang ikut hijrah karena ingin menagih hutang kepada pemimpin pasukan Republik, Profesor Tabib; wanita pemilik losmen; dan penyair. 

Tentara Republik mengadakan pertahanan di Kota Tengah di sebuah losmen sederhana ketika mereka bermaksud melarikan diri ke Kota Selatan. Tentara musuh mengetahui rencana keberangkatan mereka dan melakukan penyerangan terhadap tentara Republik secara besar-besaran. 

Dalam losmen, menginap seorang wartawan, penyair, dan pasukan Gagak Lodra dengan tugas mengawal tiga orang penting dalam tentara Republik, seorang profesor bernama Tabib, serta seorang pedagang yang membantu perjuangan tentara Republik dengan menyediakan bahan makanan. Sebenarnya ia bukan pejuang atau pembela tentara Republik. Tujuannya mengikuti rombongan tentara Republik demi menagih hutang sebesar dua juta kepada pimpinan pasukan yang berjanji akan membayar jika mereka telah sampai di Kota Selatan. 

Orang yang punya kepentingan lain adalah Profesor Tabib yang menyediakan obat-obatan bagi tentara Republik. Keduanya tidak berhasil sampai di Kota Selatan karena tewas terbunuh. Pedagang mati tertembak peluru musuh atas fitnah dan pengkhianatan Profesor Tabib. Di sisi lain, sang profesor mati dibunuh wanita pemilik losmen setelah berupaya memperkosa perempuan yang menarik hati banyak lelaki. 

Pertemuan wanita pemilik losmen dengan penyair, membuat mereka saling jatuh cinta. Ternyata wanita pemilik losmen adalah ibu tiri dari penyair. Wanita pemilik losmen kemudian bunuh diri menggunakan keris pusaka dan si penyair mati terkena peluru musuh ketika berjuang membela Republik Indonesia. 

Naskah lain yang cukup menarik adalah "Abu", berisi kritisi mengenai pejabat atau penguasa licik yang memperalat masyarakat kecil untuk berjuang demi bangsa. Setelah masyarakat kecil berjuang dengan segala penderitiaan, penguasa menikmati hasil perjuangan itu dengan menumpuk harta kekayaan dan kesenangan semata. (Herry Mardianto)

Rujukan: Orang-orang Panggung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun