Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jogja Library Center dan Koleksi Koran-Majalah Lawas

16 Maret 2023   12:04 Diperbarui: 21 Maret 2023   15:28 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Koleksi koran-majalah lawas/Foto: Hermard

Dulu saat pedagang kaki lima masih menyesaki Malioboro, gedung perpustakaan Jogja Library Center (JLC) Jalan Malioboro No. 175, tertutup oleh lalu lalang ratusan pengunjung yang ingin shopping di deretan toko sepanjang Malioboro. Bahkan papan nama JLC tidak terbaca karena tertutup papan nama toko yang tampil penuh warna, garang, dan seksi.

Kini sejak pedagang kaki lima direlokasi ke Teras Malioboro (berada di sisi selatan), lorong Malioboro di sisi utara menjadi lengang. Beberapa toko tutup permanen. Dampak positifnya, keberadaan gedung JLC sebagai cagar budaya dengan arsitektur kolonial Belanda tampak menonjol.

Kelengangan lorong Malioboro/Foto: Hermard
Kelengangan lorong Malioboro/Foto: Hermard
Saat ditemui (14/3/2023), Budiyono, koordinator pelayanan JLC menjelaskan berbagai upaya memperkenalkan perpustakaan JLC  ke masyarakat.

"Dulu masyarakat takut masuk ke sini. Tukang becak yang mangkal di depan mengira kalau Jogja Library Center hanya untuk pelajar dan mahasiswa. Dikira kalau masuk harus membayar. Setelah dipersilakan masuk, baru ia percaya kalau gratis dan bisa membaca dengan nyaman di dalam," jelas Budiyono mengenang peristiwa beberapa tahun lalu.

Pustakawan utama itu menjelaskan kalau dari sisi gedung dan fasilitas, JLC  sudah memadai, tinggal upaya mengajak masyarakat luas memanfaatkan fasilitas JLC.

Eka Tiya mencari data di JLC/Foto: Hermard
Eka Tiya mencari data di JLC/Foto: Hermard
Mahasiswi dari jurusan ilmu sosial UNY, Eka Tiya, mengaku sering berkunjung ke JLC.

"Saya senang ke sini karena banyak data yang bisa didapatkan. Terutama data dari koran-koran lama.  Terlebih sebagian koran tua sudah didigitalisasi," ujar Eka sambil menunjukkan data lewat layar komputer.

Di bagian belakang gedung masih terdapat beberapa bagian alat percetakan. Dari sejarahnya, pada zaman penjajahan Belanda, gedung JLC pernah dimanfaatkan sebagai toko buku  NV Boekhandel en Drukkerij Kolff-Bunning. Juga merupakan gedung perusahaan percetakan dan penerbitan buku pendidikan.

Buku-buku yang pernah diterbitkan, antara lain Ramawijaya (1922) dan Serat Pustakaraja Purwa (1939). 

Pada zaman pendudukan Jepang,  bangunan Kolf Bunning dijadikan kantor berita Domei. Berfungsi sebagai  kantor penerangan/propaganda.   Pada tahun 1950-an pemerintah memanfaatkan gedung ini sebagai perpustakaan negara.

Koleksi koran-majalah lawas/Foto: Hermard
Koleksi koran-majalah lawas/Foto: Hermard
Keunggulan JLC berkaitan dengan koleksi koran dan majalah sejak tahun 1945-an. 

Pengunjung bisa membaca berbagai koran, misalnya Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Sinar Harapan, Kompas, Bernas, dan Suara Karya. Sedangkan koleksi majalah meliputi Djaka Lodang, Penyebar Semangat, Gatra, dan lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun