Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serat Wicara Keras, Surat Cinta Kompasiana

22 Januari 2023   08:48 Diperbarui: 22 Januari 2023   09:00 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tenggelam di kesunyian memekat/Foto: dokpri. Hermard

Sudah aku duga kalau  tulisan Kritik Sastra Jawa: Dunia Malu-malu Kucing akan menemui masalah. Beberapa kali kaki terantuk batu saat jalan-jalan pagi bersama ibu negara Omah Ampiran.

"Ada apa Mas, kok berulang kali sempoyongan," tanya ibu negara.
"Entahlah, hari ini perasaan kok kurang enak," jawabku singkat.
"Ada yang mengganggu pikiran? Tagihan cicilan rumah? Bayar kuliah anak?"

Aku hanya menggelengkan kepala.
Sesampainya di rumah, tulisan kritik sastra Jawa aku baca ulang. Tak cukup hanya dua tiga kali. Beberapa buku aku keluarkan dari almari. Aku potret. Masih kurang foto cover Serat Wicara Keras dan Serat Kalitidha, pikirku.

"Sudahlah, tak usah mencari-cari foto dari dunia maya," suara hatiku mengingatkan.
"Tapi foto itu aku perlukan," jelasku pelan.
"Pokoknya aku sudah mengingatkan. Lebih baik memakai foto sendiri. Tak usah cari-cari di internet," tegas suara hatiku.

Aku tetap nekat berselancar di dunia maya mencari foto pendukung. Toh tak ada salahnya jika nanti  mencantumkan sumber foto.
Setelah semua aku rasa well, maka beberapa detik kemudian tulisan tayang di Kompasiana.

Serat Wicara Keras sebenarnya merupakan ekspresi kemarahan, namun dilakukan dengan halus menggunakan bahasa dan pilihan kata (diksi) yang indah sebagai bentuk pengungkapannya,  kritik secara tidak langsung.

Ya, Surat Wicara Keras itu ternyata berubah wujud menjadi kritik keras Kompasiana  terhadapku. Beberapa saat setelah tulisan itu tayang, di layar gawai muncul notification:

Notification/Foto: tangkapan layar Kompasiana
Notification/Foto: tangkapan layar Kompasiana
Tentu aku terkejut, tak mengira mendapat surat cinta itu.

"Makanya, sudah tua, tak usah macam-macam, ra sah neko-neko!" bentak suara hatiku.
"Perasaan aku sudah menyertakan keterangan sumber foto".
"Aku tahu. Tapi itu tidak cukup. Harus mengikuti aturan Admin Kompasiana. Itu klik foto, pilih "i". Dasar pensiunan gaptek, pasti tidak paham kan?" tanya suara hatiku menyindir.

Aku hanya tertunduk, kian tenggelam di kesunyian yang memekat. Bersyukur Admin Kompasiana hanya menjewer telingaku, tidak menyetrapku di depan kelas atau menjemurku dekat tiang bendara. Mungkin kali ini Admin Kompasiana memaklumi karena aku pendatang baru. Dua foto hasil berselancar di dunia maya langsung menghilang dari pandangan.

"Makanya jangan kebanyakan gaya!" teriak suara hatiku sambil ngeloyor pergi, entah kemana....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun