Mohon tunggu...
Herry Mardianto
Herry Mardianto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Suka berpetualang di dunia penulisan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Melemahnya Kreativitas

7 Januari 2023   12:09 Diperbarui: 7 Januari 2023   12:39 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jangan takut terhadap kritik  untuk karya yang kita hasilkan/Foto: Hermard

Modal utama dalam menulis adalah  daya kreativitas, menciptakan hal/ide baru; dan daya imajinatif,  kemampuan membayangkan/ menggambarkan pokok soal dari awal sampai akhir (lahirnya outline).

Sebenarnya setiap orang diberi tujuh kemampuan dasar atau kecerdasan kreatif yang dikenal dengan seven kinds of smart (Thomas Armstrong)  meliputi: verbal/linguistis--kemampuan memanipulasi kata secara lisan atau tertulis; matematis/logis-- kemampuan memanipulasi sistem nomor dan konsep logis;  spasial-- kemampuan melihat dan memanipulasi ruang, pola-pola desain;  musikal--kemampuan mengerti dan memanipulasi konsep musik, seperti nada, irama, dan keselarasan;  kinestetis-tubuh-- kemampuan memanfaatkan tubuh dan gerakan, seperti dalam olah raga atau tari; intrapersonal-- kemampuan memahami perasaan diri sendiri, gemar merenung serta berfilsafat; serta interpersonal-- kemampuan memahami orang lain, pikiran, serta perasaan mereka.

Kemampuan spasial seorang fotografer/Foto: Hermard
Kemampuan spasial seorang fotografer/Foto: Hermard
Seseorang biasanya dominan dalam satu atau dua jenis kecerdasan. Meskipun demikian, dari ketujuh kecerdasan tersebut,  seseorang  dapat memiliki kombinasi unik  yang bisa  dikuasai. Namun umumnya, seseorang terlalu membatasi diri, sebab semasa kanak-kanak hanya didorong   memusatkan diri pada satu kecerdasan---khususnya verbal/linguistis atau matematis/logis. Kedua kecerdasaan inilah yang umumnya ditekankan dalam sistem pendidikan. Akibatnya, seseorang tidak memiliki kemampuan atau potensi di bidang lain.

Salah satu upaya memunculkan kreativitas di kalangan anak-anak/Foto: Hermard
Salah satu upaya memunculkan kreativitas di kalangan anak-anak/Foto: Hermard
Sesungguhnya seseorang terlahir dengan banyak keterampilan kreatif. Ketika masih bayi dan kanak-kanak,  secara alamiah   selalu ingin tahu serta antusias menjelajahi dunia sekitar, menikmati warna, cahaya, gerakan, dan bunyi. Ingin merasakan, mengambil, dan memanipulasi apa saja yang terlihat. Puas menghabiskan hari demi hari bermain dan bereksperimen dengan berbagai benda  serta unsur-unsur alam (hujan, pasir, lumpur, dsb.). 

Secara alamiah seseorang  merupakan  ahli rancang bangun, seniman, penyair, tukang masak,  pemain musik, dsb.

Orang umumnya mulai  membatasi pencarian dan pengembangan kemampuan kreatif pada usia teramat muda. Saat duduk di bangku sekolah dasar, sedikit demi sedikit, kreativitas mulai dikekang  oleh pendidikan. Di kelas wajib duduk rapi  berderet atau berkelompok,   tunduk pada peraturan dan prosedur yang kaku,    umumnya membatasi keterampilan berpikir kreatif. 

Dalam belajar, anak didik  lebih sering menghafal ketimbang mengeksplorasi, bertanya, atau bereksperimen---dunia eksplorasi, bertanya, dan eksperimen menjadi hak guru.

Saat menapaki sekolah menengah pun kreativitas seseorang semakin jarang diasah karena sering di-bully teman, di-cing guru, dan diberi  beban tugas sekolah begitu banyak (setiap guru memberi tugas), sehingga kreativitas  kian mlempem.

Sesungguhnya bukan hanya sistem pendidikan yang  memasung kreativitas. Upaya kreatif seseorang  sering ditanggapi  dengan kritik dan umpan balik  negatif, bukan  diberi dukungan dan dorongan positif. Apa bila  guru, teman, orang tua, atau saudara, sengaja atau tidak, melontarkan komentar bernada olok-olok  atas puisi, tarian, cerpen, lukisan yang  diciptakan; hati seseorang  pun mudah terluka, kemudian enggan berkreasi lagi. 

Jangan takut terhadap kritik  untuk karya yang kita hasilkan/Foto: Hermard
Jangan takut terhadap kritik  untuk karya yang kita hasilkan/Foto: Hermard

Ternyata,  sikap menarik diri dan tidak lagi mempertontonkan  kreativitas menjadi pilihan terbaik   ketimbang harus menerima risiko olok-olok atau dipermalukan.

Saat  beralih dari jenjang pendidikan ke  dunia kerja, hidup berkeluarga, faktor lain sebagai penghambat  berkembangnya daya kreatif berkaitan dengan masalah ketegangan. Seseorang banyak menerima tekanan dalam kehidupan sehari-hari sehingga energi  melemah. Kreativitas sulit ditumbuhkan karena  kehabisan waktu: harus menghadiri seminar, workshop, merancang kegiatan  kantor, memikirkan urusan kampung,  membayar cicilan rumah, dan berbagai urusan lain yang memeras otak.

Agar kreativitas tidak mudah melemah, ada baiknya kita memiliki waktu refreshing bersama keluarga atau teman.  Setidaknya memiliki cara untuk membahagiakan diri sendiri  dengan mengembangkan hobi yang  dimiliki. Bagaimana, siap mengembangkan  daya kreativitas agar hidup lebih berwarma?

*Herry Mardianto

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun