Mohon tunggu...
Herri Mulyono
Herri Mulyono Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Perguruan Tinggi Swasta Jakarta

Bercita-cita menjadi pribadi sejati yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Website: http://www.pojokbahasa.com

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Secantik Aktris Hollywood, Seseksi Model Bollywood

18 September 2020   10:33 Diperbarui: 18 September 2020   10:40 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Chloe Grace Moretz/santabanta.com

Ketika membuka pintu flat kami di bilangan Argie Avenue, Leeds, UK, mulut istri saya ternganga. Ia memandangi Harriet yang putih, mancung dan cantik sekali; tipikal wanita Inggris. Dipandanginya untuk beberapa waktu, dan diujung bibirnya terucap betapa cantiknya Harriet. 

Ketika saya ajak berkeliling pusat kota Leeds beberapa waktu yang lalu, istri saya mengekrepesikan hal yang sama, seperti yang dia pikirkan tentang Harriet. Lalu, saya tanya beberapa teman-teman saya lainya. Jawabannya pun hampir sama.

Sewaktu mengajar dikelas, baik di sekolah maupun di ruang kampus di bilangan Pasarebo Jakarta Timur, saya pernah mengadakan survey kepada lebih dari 200 orang mahasiswi, tentang siapakan yang mereka anggap cantik. 

Disebutlah beberapa nama, yang umumnya artis Hollywood atau model Bollywood. Dan ketika saya tanya mengapa menganggap wanita yang mereka sebutkan itu cantik, maka hal yang sama terucap: tinggi, putih, mancung - sangat tipikal wanita eropa.

Jawaban sisiwi dan mahasiswi saya tentang standar kecantikan sebenarnya sudah saya prediksi. Mungkin karena mereka (atau kita pada umumnya) terlalu banyak terekspos oleh film-film Hollywood - bila tidak Bollywood; yang menampilkan figur-figur model wanita idaman: tinggi, putih, mancung. Juga langsing dan mulus. Padahal, secara tidak sadar, kita telah menjadikan figur-figur tersebut menjadi standar kecantikan wanita, ataupun ketampanan pria.

Kita tidak sadar berpuluh tahun dijejali standar kecantikan dan ketampanan ini, dan kita kemudian merefleksikan standar ini dalam budaya lokal masyarakat kita. 

Saya mungkin juga seperti layaknya masyarakat luas, dan kian luas, yang menggunakan standar kecantikan ini. Dunia industri pun memanfaatkan peluang ini dengan lahirnya beragam standar Make-up dan alat kecantikan: pemutih, pemerah, pelangsing, peninggi, dan lain sebagainya. 

Silahkan pembaca menggunakan teori konspirasi untuk mencari-cari alasannya. Tentu ada alasan kultural, politis, dan lain sebagainya. 

Ternyata, bukan hanya bahasa Inggris yang dianggap menjajah bahasa-bahasa lain di dunia (baca lebih lanjut the colonialism of English), tapi dalam hal standar kecantikan-pun kita ternyata terjajah juga. 

Atau bila melihat lebih lanjut, kita cenderung melihat masyarakat eropa dan ameria sebagai tipikal manusia unggul dengan tingkat kecerdasan, komitmen kerja dan lain sebagainya. 

Sehingga, cenderung kepemilikan karakteristik masyarakat unggul ini menjadi keuntungan tersendiri dalam kelas sosial. Karakteristik ras unggul inilah yang dahulu digunakan Hitler dan para pendahulunya dalam melakukan pembasmian terhadap kaum Yahudi. 

Hitler melihat Ras Arya Jerman sebagai ras unggul dengan segala karakteristiknya. Silahkan baca banyak literatur tentang teori ras.

Ketika karakteristik penampilan masyarakat eropa dan ameria (ras kulit putih) menjadi standar kecantikan dan ketampanan serta standar sosial , maka tanpa kita sadari, kita telah menjadikan ras-ras tersebut menjadi ras unggul.

Kita berharap mendapatkan karakteristik pada ras unggul tersebut dengan serangkaian make up maupun operasi pelastik. Atau bila ingin menggunakan metode alami, perkawinan antar ras menjadi alternatif. 

Atau, bila tetap ingin anak dengan karakteristik eropa dan amerika, tapi tidak ingin punya suami bule (yang miskin); tentu banyak alternatif lainnya. Mulai dari mencari bule-bule yang siap diajak hubungan intim, atau ke Bank Sperma. 

Inilah yang mungkin marak disekelompok komunitas, yang umumnya wanita, yang mengundang bule-bule (atau kalau tidak menyewa?) untuk melakukan hubungan intim, sekedar mengharapkan benih "mancung, putih, tinggi, tampan/cantik" pada anak-anak mereka yang akan lahir kemudian. 

Dalam pesta seks, atau event-event yang dikemas untuk tujuan perbaikan ras.  Tanpa hubungan apapun, dan tidak juga rela dijadikan istri si-bule. 

Tujuan utamanya adalah lahirnya bayi-bayi mungil yang ketampanan dan kecantikannya dekat dengan Hollywood dan Bollywood.  Bagi wanita-wanita itu, figur anak dengan karakterisik Hollywood dan Bollywood dapat menempatkan si anak nantinya dalam kelas sosial yang lebih baik. 

Menyedihkan bukan, dalam urusan kecantikan dan ketampananpun kita masih terjajah. 

Padahal, wanita-wanita kita memiliki karakteristik kecantikan tersendiri, yang sering dikagumi oleh wanita-wanita eropa dan amerika. 

Sayangnya, kita tidak pernah percaya diri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun