Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mungkinkah Pendidikan Pedesaan Terdampak Forum G-20?

12 November 2022   21:01 Diperbarui: 18 November 2022   16:12 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Garuda Kencana, Denpasar; foto dokpri, RoniBani

Sub judul ini tentu saja menggemaskan dan menggertakkan gigi pada para pengambil kebijakan. Seorang sahabat berkata dalam nada gurau bahwa para pejabat pengambil kebijakan rupanya kurang piknik.

Gurauan ini dapat saja dibenarkan. Pejabat birokrasi pendidikan di tingkat Kemdikbudristek manakah yang pernah tiba di daerah-daerah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal). Pasti ada yang pernah sampai di daerah 3T, namun T pertama yang dikunjungi karena berada di garda TERDEPAN. Lalu 2T yang lain bagaimana? Mari lihat analoginya.

Jika kita hadir dalam suatu pertemuan/rapat, pejabat eselon manakah yang akan duduk di tengah (baca, terpencil) atau belakang (baca, tertinggal). Semua pejabat eselon akan mendapat tempat TERDEPAN. Analogi ini tidak harus menjadi perhatian, cukuplah sebagai lelucon.

Penyebutan untuk daerah 3T ada pula istilah daerah khusus (dasus) dan daerah terpencil (dacil). Dari penyebutan daerah-daerah ini, kemudian pemerintah (dhi.Kemendikbud/Ristek) menetapkan kebijakan penempatan guru dengan sebutan-sebutan itu pula. Guru daerah 3T, Guru Daerah Khusus (Gurdasus), Guru daerah terpencil (Gudacil/Gurdacil).

Kebijakan ini terlihat sebagai suatu hal yang membanggakan karena para guru akan ke daerah-daerah itu dengan memastikan akan mendapati sekolah dengan kondisi yang prioritas. Benarkah?

Buku Antologi, Secercah Harapan dalam Keterbatasan, Antologi Kisah Guru Daerah Khusus (2020); foto: dokpri, RoniBani
Buku Antologi, Secercah Harapan dalam Keterbatasan, Antologi Kisah Guru Daerah Khusus (2020); foto: dokpri, RoniBani

Dalam suatu kesempatan menulis bersama (antologi) dengan para guru daerah khusus (gurdasus), 20 artikel dikirimkan dari para guru yang berhadapan langsung dengan fakta pendidikan daerah khusus.

Saya lebih suka menggunakan sebutan pendidikan pedesaan. Ada guru berkisah bagaimana kondisi pendidikan di pulau kecil seperti Pulau Rangsang. Pulau ini masuk kategori daerah khusus. Maka, catatan Kusmawati (2020) sebagai berikut:

"Namanya sekolah daerah di daerah khusus, sesuai namanya daerah ini belum memiliki fasilitas yang memadai, salah satunya listrik sehingga sekolahnya juga belum dialiri listrik. Jadi segala administrasi sekolah dikerjakan di Kabupaten."

Apa kata dunia bila membaca catatan seperti ini?

Sahat S. Naibaho (2020) menulis dalam buku yang sama sebagai berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun