Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

(Puisi) Cerita di Ujung Senja

28 Oktober 2022   23:59 Diperbarui: 29 Oktober 2022   00:07 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dokpri: RoniBani

Kawan,
Mari kuajak bercerita, mari rapatkan hati, mari dekatkan perhatian.

Dulu...
Ketika aku masih kekar,
berkaki kuturuni lembah, berpeluh kudaki bukit,
Bersemangat kujalani hari hingga lelah dalam senyum.

Saat itu,
Jalan berdebu berhiaskan pepohonan berbunga
Di rantingnya bergelantungan binatang liar,ditingkahi kicau burung liar,
nikmat di telinga, sejuk di pandangan mata,
Panas datang sesuai siklus, hujan datang sesuai waktu dan masanya.

Ketika tiba di ngarai tanggung jawab,
Bersepatu karet, sandal jepit teman di jalanan,
Bersafari tampilan berwibawa,
Sayangnya konjakpun dapat memerintah,
Angkat karung berisi beras jatah,
Yang ditakar dengan rantang sebagai kiloan.

Sabun wings dan cap tangan, parfum wangian sabun lux,
Barang mewah nan mahal, bila tidak, bau dekil sudah biasa.
Maklumlah bersepeda motor belum bagianku,
Berdesakan di dalam bus mogok, atau menjulang di atas truk berbeban berat.

Bila ke sekolah,
Kudapati rumah sekolah beratapkan ilalang,
Konstruksi dan rangka kayu darurat tanpa desain arsitek,
Belum kuceritakan buku, pustaka dan literatur referensi.

Tolong menolong berulur tangan, senyum dikulum dari hati yang teduh,
Orang tua sopan nan ramah.

Hari bersekolah,
Murid datang dengan beban, mendapat etika, moral dan pengetahuan,
Membagi perilaku tata sopan santun,sekalipun perih, pedih, sedih,
Berhubung rotan berujung emas,
Pemangku kepentingan turut mendukung, hari depan berbuah emas.

Menjelang akhir masa tugas,
Jalanan beraspal hotmix, berhiaskan ranting dan gundulnya hutan,
Meluncur di atas kendaraan bermesin milik sendiri,
Klakson berdering mengganti suara kicau burung.
Hitungan menit bukit didaki, lembah dituruni,
Kota tak lagi jauh untuk bermalam, hingga ada semangat berkisah pada pengabdian.

Rumah sekolah menjadi gedung sekolah, konstruksi beton artistik,
Jaringan listrik hingga ke kloset, walau kloset kering bertumpuk tai' tinja,

Sepatu mengkilat bermerk, haq tinggi tok tak tok tak,
Bibir bergincu sensual menggairahkan,
Tampilan necis tersetrika, lurus mulus dari salon,
Etika dan moral sangat imitatif,
Guru dan siswa akrab dalam keramahan, walau loadingnya kemunafikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun