Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Narkoba Itu Sehangat Kasih Orang Tua

29 September 2015   12:32 Diperbarui: 29 September 2015   14:18 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Yerry Pattinasarani. Dokumen pribadi."][/caption]Sebentar... Rasanya ada yang salah dengan judul ini ya..  Iya memang. Bukan salah sih, hanya perlu sedikit penjelasan di awal. Okelah saya mengawalinya dengan ungkapan seorang mantan pecandu narkoba, Yerry Pattinasarani putra mantan pemain sepak bola Ronny Pattinasarani, yang berkata begini, "Kalian tahu teman-teman... Narkoba itu rasanya persis sama dengan ketika kita dibelai oleh orang tua kita, disayangi oleh orang tua kita, dipeluk dan diberi pujian. Maka, kalau kita mendapatkan itu semua, rasanya hampir tidak mungkin kita akan mengonsumsi narkoba. Kalau kita mau anak-anak kita dan orang-orang yang kita sayangi tidak terjerembab narkoba, sayangilah mereka. Berikan pelukan dan pujian!"

Dengan gaya bahasanya yang kocak dan menarik, Yerry sebagai penggerak Ronny Fondation dengan tag linenya #stopcuek! menyampaikan bahwa kalau bicara bahaya narkoba, hampir semua orang pernah mendengarnya. Seminar narkoba sudah banyak dibuat di mana-mana. Penyuluhan demi penyuluhan dibuat mulai dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Tapi sungguh ironis, banyak penegak hukum yang malah mengonsumsi narkoba, bahkan ada artis yang ditangkap sedang mengonsumsi narkoba saat memberikan sosialisasi gerakan anti narkoba. Banyak anak muda yang sedari kecil sudah mengonsumsi narkoba. Dia mengatakan atau mengistilahkannya sebagai generasi darurat narkoba.

Masalah narkoba bukan hanya masalah pengetahuan. Kalau tahu sih, semua juga tahu. Persis seperti rokok yang sampai dibuatkan foto dan gambarnya pada bungkusnya, nyatanya masih juga pada merokok. Narkobapun sama, bukan masalah orang tahu atau tidak bahaya narkoba, tapi ada masalah lain yang perlu diselesaikan atau setidaknya itulah yang dijajaki oleh segenap pihak. Generasi kita adalah generasi yang kelewat cuek. Cuek dengan yang terjadi di sekitarnya. Kalau ada kecelakaan sering yang terungkap adalah 'untung bukan saya, untung bukan keluarga saya... untung bukan anak atau saudara saya..." dll. Orientasi kita adalah terlalu saya, saya, dan saya. Mengapa tidak dibuat sebuah ungkapan yang menekankan kemanusiaan kita. Kita adalah sama. Kalau ada kecelakaan jangan pertama-tama ngomong untung bukan saya, tapi lihatlah mereka sebagai bagian dari kita.

Yerry mengungkapkan bahwa akar masalah itu sudah tertanam dalam sebuah keluarga. Dia mengatakan, "Ada seorang ibu yang katanya sangat sayang sama anaknya, kemudian saya tanyai. Ibu kalau ibu menitipkan emas berlian ibu di rumah, kan ada pembantu. Ibu rela tidak? Jawab sang ibu, jelas saja tidak. Pembantu itu tidak bisa dipercaya." kemudian Yerry melanjutkan tanggapannya, "Kalau emas permata ibu tidak rela meninggalkannya pada pembantu yang ibu tidak percaya, bagaimana dengan anak ibu? mana yang lebih berharga, berlian atau anak?"

Cerita kemudian mengalir pada suasana rumah tangga jaman sekarang. Banyak anak yang dipercayakan pada pembantunya ketika kecil, pada teman-temannya ketika remaja, pada kantornya ketika besar. Tapi tidak banyak yang dipercayakan pada diri sendiri untuk dirawat dan disayangi sepenuh hati. Hampir tidak ada sekarang pujian, "Kamu cantik pakai baju itu!" dari keluarga. Akibatnya, yang memberikan pujian adalah orang-orang yang biasa nongkrong-nongkrong di perempatan, "Hai cantiiikkk..." dan dari situlah sebenarnya permasalahan berawal. Narkoba tidak berawal dari diri sendiri.

Padahal narkoba jelas menghancurkan hidupnya. Yerry menceritakan betapa dulu ketika dia merasa kehilangan cinta keluarga khususnya dari ayahnya lalu kehilangan segala-galanya karena terjebak dalam narkoba. Dia jadi preman, dia jadi pencuri, dia jual harta-harta keluarganya. Bahkan seperti pernah ditayangkan di Kick Andy, dia menjual cincin kawin orang tuanya. Lalu dia mengatakan, "Benar-benar hancur. Tidak akan ada perusahaan yang menerima saya kerja kalau mereka tahu saya mengkonsumsi narkoba. Tidak akan ada wanita yang mau mengandalkan saya jadi bapak keluarga kalau saya mengonsumsi narkoba, tidak akan ada orang yang mau menerima saya. Dan saya saat itu sudah bunuh diri, minum baygon dan tidak berhasil..."

"Pada saat saya sendirian itu, saya mencoba mencari siapakah yang sebenarnya peduli dengan saya. Hingga suatu ketika, waktu bapak saya masih bermain sepak bola di senayan, di puncak kariernya, saya sedang diteriaki maling-maling-maling di sekolah karena ketahuan akan mencuri. Bapak saya datang dan memeluk saya sambil berkata, 'Kamu anak saya Yerry, kamu bukan maling, kamu adalah anak bapak!'" Kemudian bapaknya meninggalkan dunia sepakbola demi menemani anak-anaknya untuk sembuh. Sejak itulah Yerry dan juga kakaknya menyadari bahwa kasih orang tua itulah yang telah menyembuhkannya, telah memulihkan dia dalam keadaan yang sangat terpuruk!

Stop Cuek
[caption caption="Antusiasme anak muda anti narkoba. Dokumen pribadi."]

[/caption]

Ya... Stop cuek terhadap keadaan di sekitar kita. Bagaimanapun, generasi darurat ini baru bisa diselesaikan kalau semua saling care terhadap yang lain. Mau menyapa dan juga terlibat dengan mereka yang semestinya memang kita perhatikan. Meskipun kadang-kadang perhatian kita tidak selalu mendapatkan tanggapan. Namun, perhatian dan cinta yang sesungguhnya tidak memerlukan balasan dan timbal balik yang sepadan. Waktu akan menjawab semuanya. Tidak semudah membalik telapak tangan. Teman-teman mau tahu, demikian Yerry bertanya kemudian, apa rasanya narkoba?

Rasanya persis sama seperti saat kita dipeluk oleh orang tua kita dengan penuh cinta. Kalau semua demi semua saling memberikan cinta dan perhatian di situlah kemudian tidak sedikitpun terbersit untuk mengonsumsi narkoba. Hal ini rasanya menjawab apa yang disampaikan oleh BNN baru-baru ini. Badan yang mengoordinasi narkotika ini (sesuai namanya badan narkotika nasional) hehehee... mengatakan bahwa saat ini, kepada siapa saja yang mengonsumsi narkoba maupun yang tahu ada orang lain yang mengonsumsi narkoba sebaiknya segera melapor ke rumah sakit terdekat agar direhabilitasi. Ini paling tidak mengakomodasi bahwa pengguna narkoba adalah korban. Namun, sebagai pengguna yang sadar harusnya menanggapi ajakan ini untuk direhabilitasi, kalau memang masih bandel dan tetap mengonsumsi narkoba maka BNN bersama dengan polisi ya akan menangkapnya. Menurut Bapak P. Simanungkalit, ketua umum GEPENTA yang pada waktu itu juga hadir sebagai pembicara mengatakan, "Jangan salahkan polisi kalau menangkapnya karena sudah diberi kesempatan."

[caption caption="Parusian Simanungkalit: Ketum Gerakan Pencegahan Anti Narkoba, tawuran, dan Anarkisme. Dokumen pribadi."]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun