Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bercermin pada Polisi di Film India

27 Juni 2021   16:30 Diperbarui: 27 Juni 2021   16:32 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari https://cdn.sonicgang.com/wp-content

Tak sengaja, saya menonton film Karnan yang bercerita tentang bagaimana penduduk desa yang terdiskriminasi berusaha untuk mendapatkan haknya. Perwira polisi  India menjadi antagonisnya yang kemudian mengingatkan saya bahwa hal tersebut hampir mustahil bisa dibuat di Indonesia. Harga diri sebuah institusi. hehehe...

berawal dari sesuatu yang sangat sederhana: bus yang tak mau berhenti di sebuah desa dan hanya bisa diakses di desa berikutnya. masalahnya adalah kedua desa itu seperti bermusuhan. Konon dengan latar belakang budaya. Saya bisa membayangkan bahwa inspirasinya berasal dari kisah nyata. hampir tidak ada fiksi yang sepenuhnya fiksi. 

Hal sederhana itu, konon dalam kenyataan jauh lebih menyakitkan secara sosiologis. Hanya tebakan saya. tapi sebelumnya saya membaca kisah tentang kelompok Dalit yang sangat sangat najis untuk didekati apalagi disentuh. Bahkan, mereka sendiri dengan keberadaan mereka harus memberikan tanda berupa alat yang berbunyi di manapun mereka berada agar orang lain tidak salah menyentuh atau mendekati mereka. kelompok Dalit ini tidak masuk dalam kasta manapun di India, sehingga harus dibuang.

Sekedar bayangan saya, mungkin ada hubungannya dengan mereka. Atau ga ada hubungan antara kaum dalit ini dengan kelompok di desa tersebut. Tapi kenyataannya, kelompok yang dibuang ini benar benar ada dan masih ada sampai sekarang. Mereka hampir tidak punya hak apapun, secara sosial. Manusia yang diperlakukan bukan sebagai manusia. Cara mereka membela harga diri hanya dengan bunuh diri.

Setidaknya itulah yang tergambar dalam film tersebut. Karnan, salah seorang pemudanya membuat kerusuhan dengan merusak fasilitas umum. Polisi datang, dan seorang perwira merasa dilecehkan karena warga tidak mau hormat padanya karena tidak mau menunduk dan melepas sorban. 

lalu polisi itu balas dendam dengan memanggil sekelompok pemuka desa dan tua tua lalu dihajar habis habisan di dalam kantor polisi. Sangat dramatis dan kemungkinan itu juga adalah kenyataan. Karnan dan teman temannya kemudian mendatangi kantor polisi dan mengambil teman temannya.

Cerita bisa ditebak, polisi kembali mendatangi desa tersebut membumi hanguskan seluruh desa dan menghajar penghuninya. Sementara Karnan dipanggil untuk memulai pendidikan sebagai tentara. Di sini kemudian yang khas film India muncul. Pergumulan batin meninggalkan desa atau memulai kariernya untuk menempuh pendidikan militer. 

Sampai kemudian tetua desa yang sangat dihormati oleh Karnan bakar diri dan polisi tetap melanjutkan apa yang telah mereka lakukan menghajar penduduk desa. Hingga kemudian, Karnan balik kembali ke kampungnya dan membalaskan dendamnya dengan membunuh sang perwira polisi. Karnan ditangkap.

Saya sendiri kurang atau tidak secara langsung memahami sistem budaya dan sosial di India. Tapi dari cerita beberapa teman sepertinya cerita tersebut sebagian besar mendekati kenyataan. Tentang polisi yang dalam film menjadi antagonis ini yang membuat saya sedikit iri dengan india. kalau situasinya jelas memprihatinkan. Tapi kejujuran mereka membuat saya iri.

Saya sendiri akhirnya membayangkan begini: situasi sosial di sana tidak serta merta buruk atau baik. Ada situasi busuk tapi juga ada kemungkinan untuk berharap. ada anak gadis yang mau kuliah ke kota yang kemudian malah dilecehkan di halte meskipun sudah diantar ayahnya yang mengawali konflik dalam jalan cerita di film itu. Tapi kesadaran dan keterbukaan untuk pendidikan ada. Demikian juga si Karnan misalnya, yang diterima di pendidikan militer.

Polisi yang jadi antagonis, saya kembali ke topik utama. Saya mencoba mengingat ingat, film mana di Indonesia yang polisi jadi antagonis. Hampir tidak ada. kecuali dalam beberapa film dokumenter yak... tapi tidak benar benar sebagai film umum semacam Karnan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun