Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengapa Cinta Itu Buta? (Penjelasan Biologis)

25 Agustus 2014   19:18 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:36 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa cinta serasa buta dan bisa tidak bertahan lama? Bagi banyak orang terasa seperti biasa saja. Atau bukan cinta kaleeee... atau sebenarnya sungguh misterius.

Tulisan ini lebih tepatnya  penjelasan neurobiologis kenapa cinta itu buta. Bagi saya penjelasan ini menarik karena selama ini kajian tentang cinta lebih banyak dilihat dalam perspektif psikologi dan filsafat. Kadang-kadang juga sih dalam teologi. Nah, ketika ada penjelasan cinta secara biologi, akan sedikit menjelaskan bagaimana cara kerja cinta ini. Yang jelas cinta tidak terdapat di hati karena hati itu untuk menyaring racun. Juga tidak berasal dari jantung karena jantung untuk memompa oksigen.

dopamine dalam otak seperti candu. gambar dari science.howstuffworks.com

Cinta itu bekerja di wilayah otak. Itulah sebabnya mengapa dalam biologi, untuk memahami cinta harus memahami neurologi. Neurologi sendiri sebenarnya ilmu tentang syaraf. cinta adalah fenomena neurobiologis yang melibatkan beberapa hormon seperti oksitosin, vasopressin, dopamin dan serotonin. Selain memunculkan rasa senang hormon ini akan merangsang peningkatan motivasi, keinginan makan, seks dan reproduksi.Perangsangan ini akan memunculkan sekelompok perasaan yang kemudian oleh manusia diartikan dengan cinta. Cinta, baik rasa sayang ibu anak ke anak, rasa cinta antar manusia atau bahkan cinta dalam artian sex kemudian berhubungan dengan berbagai kegiatan yang meningkatkan kesehatan manusia. Nah, hormon-hormon itu sifatnya fluktiatif bahkan bisa hilang. Itulah sebabnya cinta bisa hilang. Ada teori kedokteran bahwa hormon itu hanya bertahan selama 4 tahun. Maka kegairahan yang semacam itu biasanya hanya berusia 4 tahun. Setelah itu yang dituntut adalah komitmen. Nah ini cerita lain lagi. Seorang suami ketika melihat istrinya dalam yang sudah 4 tahun menikah tidak akan berdebar-debar, kalau ga ketemu akan sekangen masa pacaran, dll. Bayangkan kalau setiap berpisah dengan istrinya lalu hati terus berdebar karena rindu seumur hidup, bukannya romantis, malah kecapekan. hehehee

Kok belum nyambung dengan cinta yang buta sih? ya sebentar, itu baru pengantarnya. Tapi ada juga yang perlu dipahami dulu. Mengapa kalau orang jatuh cinta terasa begitu indah. Dunia serasa milik berdua. Yang lain hanya indekos ke dunia mereka. Adalah seorang Dr. Helen Fisher yang yang melakukan riset tentang cinta. ia memasukkan 17 orang yang sedang jatuh cinta ke dalam mesin MRI. Ia juga memasukkan 15 orang ke dalam mesin MRI. Hasilnya, ternyata ketika jatuh cinta otang manusia memproduksi zat dopamine.

Lalu dia menjelaskan bahwa ketika jatuh cinta, ada 3 bagian otak yang bekerja sesuai dengan sistemnya. Pertama adalah sistem otak reptilian. Bagian ini mengatur gairah dan dorongan seksual. Dia akan memproduksi cairan kimia bernama testosteron.

Bagian kedua adalah sistem infatuasi. Sistem ini membuat seseorang menyeleksi dan mengobsesikan seseorang. Kalau seseorang terus meromantisir keadaan ini maka dopamine akan bekerja giat. Cara kerjanya seperti kokain yang menimbulkan ekstase dan rasa senang yang berlebihan. cairan dopamine membuat seseorang bertenaga dan termotivasi.

Bagian ketiga adalah attachment.  Bagian ini menghasilkan rasa senang, toleransi, dan juga stabil. Sistem ini kemudian memproduksi endorphine. Ini yang menyebabkan mamalia bisa berpasangan, membesarkan keturunan, dan dalam arti tertentu membangun keluarga.

Lalu kebutaan cinta itu terjadi karena sistem yang mana? nomor 2. Betul sekali. Sistem infatuasi yang mengobsesikan seseorang lalu menempatkan sosok tersebut begitu tinggi dan ideal. Yang bagi orang lain biasa saja, bagi dia sempurna. Gerak geriknya, perkataannya, bahkan kelemahannya dianggap sebagai keunikan. Misalnya, bagi orang lain mungkin si cowok tonggos. Nggak, menurut cewek yang jatuh cinta dia tidak tonggos, tapi bergigi eksotik seperti kelinci.

Semakin tinggi kadar dophamine, maka akibatnya dia semakin mengidolakan sosok yang dicintainya dan karena sifatnya yang ekstase orang tersebut bisa sulit tidur, tidak bergairah makan, dan cenderung menarik diri dari lingkungan. Dalam hal inilah kemudian orang menyebut cinta itu gila dan buta.

Gila karena mereka punya dunia sendiri, buta karena di luar batas-batas nalar. Maka kita bisa membayangkan kalau seseorang patah hati sementara dopaminenya masih tinggi. Dia bahkan bisa bunuh diri karena hal ini. Maka, dengan memahami hal ini sebenarnya dunia medis kedokteran bisa menyembuhkan orang yang patah hati atau membuat seseorang menjadi romantis kembali pada istrinya.

Yang berbahaya adalah kalau hanya sistem nomor satu yang bekerja. Setiap manusia, mau mengakui atau tidak punya reptilian brain. Otak ini menjalankan insting secara buta untuk mempertahankan hidup. Kalau lapar pengen makan. Kalau ngantuk pengen tidur. Bahkan bisa juga dia menyenangi hal-hal yang sadis. Makanya manusia sering dikatakan seperti binatang. Lah, semua manusia punya otak ini. otak reptilian. Kalau dalam hal cinta maka ketika yang kedua tidak bekerja apalagi yang ketiga, yang terjadi ya hanya pemuasan nafsu karena dorongan seks. Adakah unsur cintanya. Ada, tapi sama sekali tak romantis. Otak reptilian ini mudah sekali ditemui di tempat-tempat pelacuran. Sama sekali ga ada romantisnya.

14089438141640684228
14089438141640684228
Manusia punya otak reptil. gambar dari www.zenlawyerseattle.com


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun