Mohon tunggu...
Hermansyah Daulay
Hermansyah Daulay Mohon Tunggu... Guru -

Mengalir seperti air http://myhermandaulay.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

100 Miliar, Alibi Biaya Politik atau Uang Mahar?

12 Januari 2018   20:03 Diperbarui: 13 Januari 2018   00:31 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Heboh 100 miliar sebagai biaya politik Sandiaga Uno pada Pilkada Jakarta 2017 terungkap kepublik. Lalu La Nyalla diminta Prabowo menyiapkan uang 40 miliar untuk pencalonan sebagai gubernur jawa timur, La Nyalla menolak katanya "lebih baik nyumbang anak yatim saja uangnya"

Biaya Politik

Setidaknya ada 3 pembiayaan utama yang harus disediakan oleh calon,

1. membiayai saksi - saksi pada     pilkada

2. biaya kampanye dan

3. membiayai mesin partai

Sejatinya biaya merupakan ongkos politik yang harus ditanggung oleh calon peserta pilkada. Uang 40 miliar masih belumlah cukup untuk membiayai pencalonan La Nyalla. 

Padahal uang 40 miliar bukan uang yang sedikit bagi sebahagian besar orang Indonesia. Apalagi uang 100 miliyar seperti yang dikeluarkan oleh sandi. Wajar sih sandi kan seorang pengusaha wajar banyak uangnya.

Pertanyaan yang mengelitik saya adalah, pengusaha selalu berfikir kepada profit oriented atau mencari laba. Kalau biaya politik 100 miliyar, lalu kita anggap sebagai biaya investasi  maka kemudian tentu saja akan mengharapkan keuntungan dong ? ya  minimal 10 % saja, maka uang yang harus kembali adalah 110 miliyar. Sedangkan gaji dan tunjangan wakil gebernur kita tahu semua berapalah jangankan untuk balik modal, impas pun belum tentu yang sudah pasti rugi.

Pertanyaan berikutnya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapat laba ? wah ini saya belum tahu jawabannya.

Mungkin saya harus berprasangka baik, kepada mas sandi, bahwa beliau mengeluarkan uang 100 miliyar bukan cari untung namun demi bangsa dan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun