Mohon tunggu...
HERMI VIANA
HERMI VIANA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya menari, hiling,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dampak Dinamika Perselingkuhan dan Perceraian Kasus-Kasus Tokoh Publik Pada Keputusan Publik Untuk Withood

2 Juni 2023   20:47 Diperbarui: 2 Juni 2023   20:51 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perceraian adalah suatu pilihan pasangan suami istri dimana sudah memutuskan untuk berpisah alias tidak mempertahankan hubungan dalam rumah tangga sebagai keluarga. Salah satu faktor suatu perceraian adalah perselingkuhan, sedangkan perselingkuhan itu sendiri merupakan keterlibatan seksual external atau orang ketiga dari pasangan suami istri. Perselingkuhan pada umumnya banyak terjadi pada anggota keluarga yang kurangnya dasar agama yang kuat, lemahnya komitmen dan komunikasi harmonis serta mengutamakan ego dan kepentingan pribadi. Melihat banyaknya problematika rumah tangga seperti perselingkuhan dan perceraian oleh tokoh publik berdampak pada pola pikir dan kepercayaan masyarakat yang memiliki peran signifikan dalam membentuk keputusan individu terkait pernikahan dan withood (menunda pernikahan atau tidak menikah sama sekali). Artikel ini akan membahas pengaruh pola pikir dan kepercayaan masyarakat terhadap fenomena ini, serta bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi dinamika perselingkuhan dan perceraian, terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan tokoh publik.

Menurut laporan Statistik Indonesia, jumlah kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus pada tahun 2022. Angka ini meningkat 15,31% dibandingkan 2021 yang mencapai 447.743 kasus. Ditambah lagi perceraian diantara tokoh publik yang terbilang viral dibeberapa media sosial baru-baru ini dirasa berdampak pada pola pikir dan kepercayaan masyarakat terhadap sikap terhadap pernikahan dan withood. Dalam beberapa masyarakat, menikah di usia muda dianggap sebagai tindakan yang diharapkan oleh beberapa orang, sedangkan dalam masyarakat lainnya melihat bahwa penundaan pernikahan atau tidak menikah sama sekali dapat lebih diterima. Pola pikir ini juga dapat mempengaruhi dinamika perselingkuhan dan perceraian, terutama ketika melibatkan tokoh publik yang berada di bawah sorotan masyarakat. Ketika masyarakat melihat tokoh publik yang seharusnya menjadi contoh teladan dalam hubungan, akan tetapi terlibat dalam perselingkuhan atau mengalami perceraian, hal ini dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadap keberhasilan pernikahan dan menyebabkan keraguan dalam menjalani komitmen tersebut. Akibatnya, beberapa individu mungkin memilih untuk menunda pernikahan atau memutuskan untuk tidak menikah sama sekali guna menghindari potensi konflik atau ketidaksetiaan yang terlihat dalam kasus-kasus tokoh publik.

Disisi lain isu-isu perselingkuhan dan perceraian memiliki dampak relevan terhadap citra dan karier mereka. Publik dapat membentuk pandangan negatif terhadap institusi pernikahan dan menimbulkan kecemasan terhadap suatu hubungan. Sebagai hasilnya, beberapa orang yang tertarik dengan karier atau ingin mempertahankan citra positif, mereka mungkin memilih untuk menunda pernikahan atau menolak untuk menikah demi menjaga kestabilan dan reputasi mereka.

Dalam masyarakat yang menghargai pencapaian karier dan kestabilan finansial, suatu individu mungkin lebih cenderung menunda pernikahan demi fokus pada pengembangan diri dan mencapai tujuan professional dalam pekerjaan. Dalam konteks tokoh publik, kesuksesan karier mereka sering kali menjadi highlight, dan masyarakat dapat memahami keputusan mereka untuk menunda pernikahan guna mencapai tujuan tersebut. Namun, ada juga pandangan bahwa keberhasilan dan stabilitas ekonomi dapat dicapai melalui dukungan dan stabilitas keluarga atau berumah tangga. Maka dalam hal ini akan berdampak pada perubahan norma sosial yang menghargai otonomi dan kebebasan sesorang dalam menentukan jalan hidup untuk dapat mempertimbangkan pilihan-pilihan alternatif seperti menunda pernikahan atau tidak menikah sama sekali. Selain itu pola pikir masyarakat terkait kesetiaan dan komitmen dalam hubungan dapat mempengaruhi pandangan mereka terhadap perselingkuhan dan perceraian dalam kasus-kasus tokoh publik. Jika masyarakat cenderung menganggap kesetiaan sebagai nilai yang tinggi dan mengharapkan tokoh publik untuk menjadi teladan dalam hal ini, perselingkuhan dapat dianggap sebagai pelanggaran serius yang dapat merusak integritas tokoh publik tersebut. Namun, jika masyarakat memiliki pola pikir yang lebih toleran terhadap hubungan pribadi dan memahami bahwa tokoh publik juga manusia yang rentan terhadap kesalahan, persepsi terhadap perselingkuhan dan perceraian dapat lebih bervariasi.

Maka singkatnya dinamika perselingkuhan dan perceraian kasus-kasus tokoh publik memiliki pengaruh yang penitng pada keputusan publik untuk withood. Ketidakpercayaan terhadap institusi pernikahan, pengaruh terhadap citra dan karier, perubahan nilai dan prioritas, serta perubahan sosial dan norma budaya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap pernikahan dan keputusan individu untuk menunda pernikahan atau tidak menikah sama sekali. Urgensi dalam memahami pengaruh-pengaruh ini penting dalam melihat dan mengkaji tren withood yang berkembang dalam masyarakat saat ini. Rekomendasi atau alternatif yang tepat untuk withood tidak selalu berarti sesorang tidak menjalin hubungan romantis. Beberapa orang yang memilih withood masih dapat terlibat dalam hubungan jangka panjang tanpa pernikahan formal, seperti hubungan pacaran jangka panjang atau pernikahan yang tidak resmi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun