Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

tenang....

11 Februari 2025   11:40 Diperbarui: 11 Februari 2025   11:36 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasanya penulis masih teringat jelas, salah satu berita yang menggegerkan negeri ini, di bulan Nopember tahun dua ribu duapuluh empat silam. Sebuah kejadian yang melibatkan seorang anggota polisi yang membunuh rekannya sendiri dengan menembakkan senjatanya kepada korban. Lepas dari ada apa di belakang peristiwa itu, rasanya itu cukup membuat sebuah lingkaran pertanyaan. Apakah emosi yang memuncak membuat seorang manusia membuat orang tidak bisa menguasai dirinya ?

Atau seorang pengacara yang bisa berdiri di atas meja dengan wajah penuh emosi di  dalam persidangan untuk penanganan sebuah kasus. Pertanyaannya pun serupa. Apakah betul orang yang sudah tidak bisa mengendalikan rasa marahnya membuat kehilangan akal sehatnya ? Sehingga apapun bisa dilakukan tanpa kesadaran ? Apakah ini tanda-tanda akhir jaman ?

Terlepas dari sudah mendekatnya akhir jaman atau tidak, tetapi bagaimana menyikapi sebuah persoialan yang sedang mendera dalam perjalan kehidupan manusia, rasanya perlu disiasati dengan kembali akan tatanan dasar awal. Karena pada dasarnya manusia adalah mahluk yang sangat-sangat perlu hidup bersosialisasi. Bukan hidup dengan dunianya sendiri dan terkungkung dengan cara berpikir menurut kebenarannya sendiri.

anger-2728273_1280
anger-2728273_1280

Salah satu karakter yang diperlukan dalam kehidupan bersosialisasi adalah ketenangan. Karena dalam perjalanan kehidupan yang majemuk seringkali bertemu dengan hal-hal yang aneh-aneh menurut ukuran logika manusia . Sebagai contoh yang pernah penulis alami. Tiba-tiba saja seorang tetangga yang barusan membeli mobil, tanpa merasa merasa bersalah memarkirkan kendaraannya tepat di depan pintu gerbang rumah penulis. Dengan santainya tanpa permisi atau perkataan maaf. Padahal saya sedang duduk santai di teras rumah.

Ini bisa saja terjadi dimana saja. Orang dengan sembarangan memarkirkan kendaraanya tanpa berpikir akan menyulikan orang lain atau tidak. Persoalannya adalah apakah kita akan menyikapinya dengan mengumbar rasa amarah ataukah kita mau menyelesaikannya dengan ketenangan yang penuh damai sejahtera. Kembali lagi kepada sosok fitrah manusia di hadapan Sang Khalik.

cars-1115600_1280
cars-1115600_1280

Bisa jadi saja akhir jaman sudah mendekat. Dan sepertinya kesudahan sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. Memang tidaklah mudah untuk menjalaninya dan perlu proses. Tetapi kita harus bisa melakukannya. Bisa jadi ini adalah aplikasi yang praktis buat pembelajaran. Bisa dibayangkan seandainya kita tidak bisa mengendalikan emosi dan membiarkan bebas liar. Apakah yang terjadi ?

Bahkan di dalam rumah tanggapun, antara suami dan isteri dan anak-anak juga perlu adanya komunikasi yang jelas. Sehingga tidak serta merta ketika mendapat sebuah masalah, yang terlempar adalah luapan sakit hati, emosi dan darah yang tinggi. Disisnilah perlunya kita memiliki Iman yang bertumbuh. Sehingga setiap penyelesaian masalah yang diawali dengan doa akan membuahkan ketenangan.

family-2611748_1280
family-2611748_1280

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun