Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

perubahan...

5 Februari 2025   13:05 Diperbarui: 5 Februari 2025   13:01 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah beberapa bulan penulis dan isteri tidak berolah raga pagi di lapangan bola yang tidak jauh dari rumah kami tinggal. Dan ketika tadi pagi mencoba memulai jalan pagi lagi berdua dengan keliling lapangan bola ada beberapa perubahan yang kami lihat. Baik di jalan masuk yang berada di sekitar lapangan bola, yang dulunya bersih, sekarang tampak beberapa penjual daging ayam,  penjual sayuran dan beberapa warung kaki lima yang sepertinya tidak berkaki lima. Karena sekarang menggunakan sepeda motor.

Dan tidak hanya berhenti di situ saja. Lingkungan lapangan bola yang dulunya tidak terawat, tetapi sekarang tampak lebih bersih dengan rumput yang habis dipangkas. Beberapa tempat sampah ada di sekitar dengan warna warni. Begitu juga lahan parkir dengan jejeran sepeda motor dan mobil yang lebih tertata.

trash-can-1569513_1280
trash-can-1569513_1280

Sebuah perubahan kadangkala membuat kaget kita yang masih hidup dengan tatanan yang ada. Sama halnya ketika mahluk yang bernama manusia di negeri ini dibuat terkaget-kaget akan perubahan aturan yang menyebabkan masyarakat kelas bawah harus rela antri untuk sebuah tabung gas melon sampai berjam-jam. Bahkan sampai ada yang meninggal dunia. Miris ? Itulah realita.

Seperti sebuah kejadian di tahun dua ribu delapan belas silam, ketika kami “dipaksa” pindah dari rumah yang lama, ke tempat tinggal yang sekarang oleh anak kami yang nomor dua. Hal ini bukanlah suatu hal dengan gampang yang bisa kami terima. Mengingat di usia yang tidak muda lagi, harus beradaptasi dengan lingkungan dan situasi yang baru membuat kami berdua beralasan untuk tidak mau pindah.

Belum lagi membayangkan ribetnya paking dan bongkar barang saat pindahan. Tetapi entah kenapa anak kami nomor dua, bersikeras, bahwa dia membelikan rumah ini untuk kami tempati. Dan ngototnya beneran. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka, proses terus berjalan sampai akhirnya kami tinggal di tempat yang sekarang. Memang sesuatu yang baru kadangkala membuat pola pikir kita perlu penyesuaian juga.

pexels-cottonbro-4553182
pexels-cottonbro-4553182

Pernahkah terpikirkan dengan leluasa, demikian, tetapi anggur yang baru harus disimpan dalam kantong yang baru pula. Sebuah fakta yang mengajarkan bagaimana kita harus bersiap mengantisipasi terhadap sebuah perubahan yang bisa saja terjadi mendadak serta bagaimana kesediaan kita untuk bisa menerima sesuatu yang baru, khususnya di dalam perjalanan iman mengikut Tuhan.   

Sedikit menengok ke belakang. Kantong anggur yang disebut pada ayat di atas, biasanya terbuat dari kulit binatang yang tua dan keras. Nah, saat menyimpan anggur baru dalam kantong yang lama dan mulai rapuh, bisa-bisa menyebabkan kantong ini pecah akibat adanya fermentasi anggur baru. Untuk itulah disarankan untuk menyimpan anggur yang baru di kantung yang baru pula.

pexels-nandhukumar-1464733
pexels-nandhukumar-1464733

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun