Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesempatan....

10 Maret 2023   10:40 Diperbarui: 10 Maret 2023   10:42 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-jonathan-petersson-965879

Melihat kesibukan setiap pagi keluarga muda yang tinggal di depan rumah, mengingatkan sesuatu kesempatan yang hilang dari diri pribadi. Bagaimana tetangga depan rumah mempersiapkan kedua anaknya yang masih sekolah di Taman Kanak-Kanak dan di Sekolah Dasar. Kadangkala ada tawa dan tangis saat mereka berdua diajak kedua orang tuanya memasuki mobil yang akan mengantar keduanya ke sekolah.

Sebuah perbedaan bisa terjadi dengan keluarga-keluarga muda dengan apa yang dialami saat anak-anaknya bertumbuh. Bisa saja karena kesibukan pekerjaan sang suami di luar kota, tidak memberikan kesempatan untuk bisa bercengkerama dan melibatkan diri dengan anak-anaknya. Kesempatan berkumpul dengan keluarga mungkin hanyalah di hari Sabtu dan Minggu saja. Karena malam Senin sudah harus berangkat kembali bertugas di luar kota.

Atau bisa juga terjadi, karena desakan kebutuhan ekonomi, kedua orang tuanya malah bekerja di luar rumah. Dan bertemu sesaat dengan anak-anaknya ketika masih tertidur di pagi hari. Sebaliknya, ketika kedua orang tuanya pulang malam hari, anak-anaknya juga sudah pulas tidur. Meminjam istilah, sepertinya kesempatan untuk menyiram dan memupuk tanaman kepada anak-anaknya sangatlah terbatas. Sehingga pada akhirnya sang tanaman ini bertumbuh sendiri.

 

Belum lagi karena faktor lingkungan dan faktor kebebasan yang kebablasan, membuat ego kedua orang tua terpatri, tanpa memikirkan dampak perkembangan dan pertumbuhan anak-anaknya. Mungkin bagi orang tua yang suka mabuk, judi ataupun berlaku tidak benar, adalah sesuatu yang benar bagi dirinya. Tetapi tentu saja tidak bagi pertumbuhan anak-anaknya.

champagner-1071356
champagner-1071356

Adalah tidak salah kalau kemudian anak-anak akan bercermin dari sikap dan tindak-tanduk orangtuanya. Ditambah lagi di sepanjang hari di sepanjang waktu tanpa henti bermain dengan lingkungan dan komunitas yang tidak mendukung pertumbuhannya. Apalagi selalu berupaya mengambil keputusan sendiri, karena tidak ada pengawasan dari kedua orang tuanya. Bisa dibayangkan...

Dari pengalaman perjalanan hidup, kadangkala merasa heran dan takjub, kalau ada orangtua yang masih saja membiarkan anak-anaknya hidup sesuka dirinya sendiri. Bahkan adakalanya orangtua kalah sama anak-anaknya. Tidak sedikit ada anak-anak yang berani mengancam bahkan melakukan perlawan terhadap kedua orang tuanya.

Disinilah perlunya sikap bijak dari peran orangtua. Tidak memanjakan anak, tidak juga berlaku kasar dan keras kepada anak. Karena tanpa disadari, saat orangtua mulai memanjakan dan menuruti segala kemauan anak-anaknya dengan seribu alasan. Apalagi mendasari dengan alasan kasih. Saat itulah dimulainya penyesatan yang berujung kepada kehancuran si anak.

pexels-dmitriy-ganin-7790344
pexels-dmitriy-ganin-7790344

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun