Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Warisan....

3 Maret 2023   14:05 Diperbarui: 3 Maret 2023   14:05 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa kita sadari sesungguhnya hari-hari ini kita seperti berpacu dengan waktu. Rasanya baru kemarin kita merayakan tahun baru 2023. Tetapi saat ini tanpa terasa sudah memasuki di bulan ketiga di tahun yang sama. Apakah ini sebuah tanda-tanda memasuki akhir jaman ? Yang menyebabkan semua orang berlaku demikian sibuknya dalam mencari sesuap nasi dan segenggam berlian ?

Dari sisi pemenuhan kehidupan secara jasmani bisa dikatakan jawabannya adalah ya. Karena demikian kuatnya semua orang melakukan segala aktifitas untuk kerja, kerja dan kerja. Untuk menghasilkan uang dan uang. Sehingga tidak merasakan putaran waktu yang cepat. Terlebih dengan segala kondisi saat ini yang tidak bisa ditebak. Bermacam cara orang berperilaku untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya.

pexels-kateryna-babaieva-3736108
pexels-kateryna-babaieva-3736108

Tidak sedikit orang tua yang melakukan segala hal untuk memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidup buat anak cucu selaku keturunannya. Ada yang bekerja keras agar anak cucunya bisa bahagia dan menjadi terpandang di lingkungannya. Ada juga yang tanpa peduli menumpuk kekayaan dengan cara yang tidak legal. Semuanya bermuara kepada harta, harta dan harta sebagai warisan.

Padahal kita tahu betul, bahwa harta tidak langgeng. Harta juga tidak dibawa mati ke liang kubur. Dan itu sudah diajarkan dari sisi keimanan sejak kita kecil. Tetapi pada kenyataannya, masih banyak terjadi orang yang terobsesi kepada harta duniawi. Dan mengesampingkan harta sorgawi, yang sebetulnya langgeng adanya.

pexels-drift-shutterbug-2095948
pexels-drift-shutterbug-2095948

Minggu kemarin seorang teman yang pengusaha, yang sempat datang saat kami ke makam suami teman kami yang juga seorang pengusaha (baca artikel saya dengan judul Munafik).  Tiba-tiba dia duduk termenung dan sinar matanya menerawang jauh. Lalu dengan suara perlahan dia berkata di depan saya. Jadi buat apa almarhum banting tulang, kerja keras, menumpuk harta, kalau akhirnya tinggal diam seperti ini ?

Sebuah perenungan yang dirasa menghentak hati dari sisi keimanan kepada Sang Pencipta. Seberapa jauh kaki ini melangkah untuk membawa istri, anak, cucu sebagai keturunan pewaris kerajaan kecil di dalam rumah tangga. Uang atau harta memang perlu untuk diwariskan, tetapi nilainya tidak langgeng bukan ?      

pexels-zlaťákycz-8442336
pexels-zlaťákycz-8442336

Kasus besar yang barusan terjadi, rasanya makin jelas disini bahwa tidak hanya faktor eknomi dan harta yang perlu disiapkan buat anak cucu sebagai warisan. Tetapi di atas segalanya adalah warisan yang mengarah kepada faktor ke-iman-an kepada Sang Khalik yang sudah memberikan dan mendemonstrasikan Kuasa-NYA kepada kita selaku orang tua, yang terlebih dahulu menerima nafas kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun