Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kecewa.....

18 Februari 2023   10:20 Diperbarui: 18 Februari 2023   10:18 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu kali kami menjenguk seorang kawan yang sedang sakit dan sedang dirawat di sebuah rumah sakit.. Dia berkeluh kesah karena merasa kecewa belum dijenguk oleh anaknya. Dalam keluh kesahnya terlihat jelas rasa kecewa dan marah yang tertahan. Kawan kami merasa dilupakan oleh anaknya, tidak dihargai sebagai orang tua, dianggap dan merasa tidak diuwongke. Cukup lama uneg-unegnya ditumpahkan sampai akhirnya air matanya keluar tak terbendung.

Saat itu kami mencoba menghibur dan memberi masukan positif agar jiwanya makin tidak terguncang. Kami tidak bisa memberikan nasehat lebih jauh, karena kami sendiri tidak tahu hubungan pribadi orang tua ini dengan anaknya. Seribu kemungkinan bisa terjadi yang menjadikan alasan kenapa anaknya belum datang jenguk orang tuanya yang sudah mulai kritis. Bisa jadi  tidak dapat hadir menjenguk, karena berbagai kesibukan pekerjaan di luar kota. Bisa jadi faktor ekonomi. Bisa juga faktor keluarga terdekat, entah istrinya yang melarang suaminya atau bisa faktor lain. 

Karena ada pernah terjadi dalam sebuah keluarga dengan kejadian yang hampir sama. Dimana seorang ibu dalam sakit tuanya mengharap kedatangan anaknya yang tinggal di luar kota. Bahkan saking rindunya sama sang anak, setiap hari si ibu ini dengan kesakitannya menunggu di depan rumah. Berharap mobil yang mendekat di depan rumahnya adalah anaknya. 

pexels-kat-smith-568027
pexels-kat-smith-568027

Mungkin dari pihak sang anak dan menantunya, karena kesibukannya, dan merasa sudah mengirim dana yang lebih dari cukup buat sang ibu, itu sudah lebih dari cukup. Komunikasi lewat video call rasanya sudah bisa mengobati kerinduannya. Tetapi ternyata itu tidak memenuhi kerinduan seorang ibu akan kehadiran sosok sang anak secara nyata di depan matanya. Sampai akhirnya si ibu meninggal dunia tanpa pernah melihat wajah anaknya. Bisa merasakan rasa kecewa si ibu ini ? Tentu saja…

Melihat sebuah rasa kecewa dari segala sudut pandang bisa berbagai macam. Persoalan bisa menjadi menarik saat orang yang berada titik kulminasi kecewa sehingga timbul amarah membara yang tertahan di dalam hatinya menjadi lunak. Mengapa itu bisa terjadi ? Kuncinya ada pada penguasaan diri kita sendiri. Bagaimana kita memasak rasa kecewa menjadi sebuah masakan yang bisa disantap dengan enak.  

Perilaku pada hidup berkomunitas dengan kumpulan orang yang bisa hidup dengan logika positif, mempengaruhi bagaimana kita bisa mengobati rasa kecewa. Karena satu hal yang diperlukan saat bisa mau menerima nasehat orang lain dengan hati yang legawa. Inilah yang diperlukan di dalam hubungan antar sesama apalagi dihubungkan dalam konteksnya dengan hidup berkeimanan.

Atau sebaliknya, bisa juga timbul rasa kecewa memuncak akibat persoalan hidup yang bertubi-tubi. Ditambah lagi nasehat orang lain yang tidak bisa diterima di dalam hatinya.  Ini bisa menimbun kekecewaan menjadi tumpukan  amarah. Rasa disepelekan, tidak diharapkan bahkan tidak diuwongke menjadikan tumpukan amarah makin menggunung. Seharusnya lewat sharing dengan komunitasnya, bisa menjadikan sebuah solusi. Tetapi ketika komunitas yang berada di sekelilingnya tidak mensupport dengan nyanyian yang menyejukkan, maka bisa menjadikan kecewanya bertambah berat. Bahkan bisa terhilang dari komunitas. Atau malah bahkan bisa terhilang dari hubungannya dengan Tuhan, karena kekecewaan yang bertubi-tubi.

pexels-james-wheeler-1534057
pexels-james-wheeler-1534057

Karena persoalan kecewa tidak bisa diselesaikan dengan harta yang melimpah, tetapi pada hati yang perlu segera diperdamaikan. Baik kepada diri sendiri, orang lain maupun berdamai dengan Tuhan Sang Pencipta.  Karena perlu diingat, ketika kekecewaan datang melanda bisa menjadikan kita menjauhkan diri dari kasih karunia Sang Khalik. Mengapa ? Karena bisa terjadi kekecewaan yang berkembang pesat, bakal tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang di dalam diri kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun