Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Penyesalan...

28 Januari 2023   11:45 Diperbarui: 28 Januari 2023   12:01 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-danu-hidayatur-rahman-2852135

Ini sebuah kisah nyata yang terjadi pada tetangga kami dimana kami tinggal beberapa waktu yang lalu, sebelum akhirnya kami pindah rumah dengan lingkungan yang baru. Dari rentetan cerita yang kami dengar dari tetangga, keluarga ini mempunyai penyesalan yang boleh dikatakan berlipat kali ganda yang tidak terelakkan terhadap anak semata wayangnya.

Yang pertama tetangga kami merasa menyesal karena tidak memiliki kekayaan dan semakmur saudara-saudara kandungnya. Sehingga untuk mewujudkan dan melampiaskan penyesalan akan kehidupan rumah tangganya, mereka berusaha mati-matian untuk mendapatkan uang, dengan segala cara. Tentu saja lebih fokus untuk bisa menyenangkan anak semata wayangnya dan menunjukkan kemampuannya.

Tetapi apa dikata, anak semata wayangnya justru membuat hati kedua orang tuanya meradang. Sejak memasuki pendidikan Sekolah Menengah Pertama, anaknya langsung dibelikan sepeda motor. Walaupun secara kredit. Kedua orang tuanya tidak peduli masukan tetangga, yang menyarankan agar anaknya punya Surat Ijin Mengemudi dulu biar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Suatu kali, entah bagaimana kejadiannya, anaknya malah dipukulin aparat di SPBU.

Masa-masa SMA anak semata wayangnya malah ikut balapan liar di salah satu jalan di kota kami yang memang sering dijadikan ajang pertarungan balap motor liar di tengah malam. Entah juga bagaimana kejadiannya, anaknya ini malah menabrak anggota polisi yang sedang mengadakan razia narkoba. Buntutnya bisa ditebak...

Saat mulai kuliah, anak semata wayangnya dibelikan kendaraan roda empat. Belum sampai semester dua kuliah dijalani, anaknya malah mengalami kecelakaan dengan mobilnya. Ini penyesalan yang berturut-turut yang dialami tetangga kami, karena anaknya tidak bisa dikendalikan dan tidak pernah kapok berbuat ulah.

Terakhir, sebelum kami pindah rumah, anak tetangga kami malah harus menikah, karena pacarnya sudah hamil duluan. Sebagai pendengar, keluh kesah tetangga kami ini, rasanya kami hanya bisa mengelus dada. Koq bisa terjadi sedemikian ya ? Penyeselan demi penyesalan berderet rapi berbaris. Tetapi kalau kita cermati, kasus-kasus model seperti ini bisa terjadi dimana saja……  Kesenangan yang diinginkan….kekecewaan yang didapat….

pexels-danu-hidayatur-rahman-2852135
pexels-danu-hidayatur-rahman-2852135

Sebuah pertanyaan menarik buat refleksi perjalanan kehidupan kita sebagai mahluk sosial dan yang memiliki dasar keimanan. Kira-kira Tuhan bisa nyesal gak ya sama umatnya ? Ini menjadi hal yang menarik, karena ternyata Tuhan juga bisa menyesal kepada kita. Sekali waktu  Tuhan bisa saja murka karena kesalahan dan pelanggaran dosa yang kita perbuat. Tetapi itu akan menjadi penyesalan-Nya, kalau kita mau bertobat dan mau berbalik kembali kepada-Nya. Benar begitu ? Sebuah hati yang penuh belas kasih dari Sang Pencipta benar-benar tunjukkan kepada kita. Jadi itu menjadi suatu penyesalan,yang tadinya murka tetapi melihat kita mau berbalik, murka bisa digantikan menjadi berkat.

Atau bisa terjadi juga, Sang Khalik menyesal kepada kita, karena sedianya mau memberkati kehidupan kita. Tetapi pada kenyataannya, kita malah menjauh bahkan melakukan hal-hal  yang jahat kepada-NYA . Dengan kata lain tingkap-tingkap langit yang sudah terbuka, ditutupnya lagi karena kesalahan dan pelanggaran kita. Disitu Tuhan merasa menyesal.

pexels-cottonbro-studio-5095938
pexels-cottonbro-studio-5095938

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun