Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Bekal....

12 Januari 2023   11:05 Diperbarui: 12 Januari 2023   11:07 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-antoni-shkraba-5852326

Kadangkala saya gak habis pikir melihat satu komunitas anak-anak muda dengan atribut serba hitam, pakai accessories dengan rambut berdiri bak jengger ayam jago, yang sering muncul pada saat ada keramaian konser musik atau bergerombol di traffic light. Saya tidak tahu mereka kelompok aliran mana, tetapi yang jelas, mereka tidak hanya mayoritas cowok. Malah ada beberapa cewek yang boleh dikatakan sangat-sangat muda.

Suatu kali saat dalam perjalanan menikmati udara sore yang sejuk, kami bertemu dengan kelompok anak-anak muda ini. Bukan maksud hati meremehkan dan menganggap keberadaan mereka di lintas peristiwa menjadi sesuatu yang sering membuat suasana mencekam. Celetukan terlepas dari omongan saya kepada istri secara spontan, yang menemani sore itu.

Itu anak-anak muda mau jadi apa kelak…? Apakah ada yang mau ambil menantu ya…? Apakah orang tua mereka gak bekali mereka dengan hal-hal yang positif ? Ataukah mereka yang sudah menyimpang dari jalan kehidupan yang normal ? Ataukah mereka tidak tahu makna hidup ? Atau mereka mengambil keputusan dengan berhimpun dalam suatu komunitas yang mereka anggap normal ? Ataukah kita yang punya pandangan tidak normal kepada mereka, karena sudah demikian jauhnya perkembangan dunia global ? Jadi akhirnya banyak pertanyaan yang membuncah di kepala saya, sebelum isteri saya menjawab pertanyaan saya.

Memang sebagai orang tua sebisanya kita membekali anak-anak kita dengan hal-hal yang positip, baik mental kejiwaan maupun secara rohani. Karena sebagai orang tua harusnya kita sadar betul maksud diciptakannya manusia oleh Sang Pencipta. Sekalipun kadangkala situasi kondisi sebuah rumah tangga tidak dalam posisi ideal untuk mendidik anak-anak. Begitu juga lingkungan sebagai aset dan dasar dari perkembangan dan pertumbuhan jiwa seorang anak, tidak memungkinkan. Namun bukan berarti kemudian menjadi angkat handuk dalam proses pendewasaan seorang anak.

pexels-antoni-shkraba-5852326
pexels-antoni-shkraba-5852326

Dalam perkembangan pada strata selanjutnya, adakalanya terlihat anak-anak  bandel dan berbuat seenaknya untuk mencari jati dirinya. Dan ini bisa membuat orang tua jengkel, bahkan bisa jadi kalap dan gelap mata. Ketika hal ini kemudian menjadi sesuatu yang rutin, maka kelanjutannya bisa ditebak. Akan terjadi kekerasan dalam rumah tangga. Orang tua menyalahkan anak. Suami menyalahkan isteri karena dianggap tidak mampu mendidik anak. Isteri menyalahkan suami karena dianggap tidak kokoh sebagai kepala rumah tangga.

Ketika ini kondisi ini sudah tidak bisa diperdamaikan oleh jiwa, hati melalui jalinan kasih dalam keluarga terakumulasi. Apalagi tidak bisa lagi berdamai secara rohani, maka pelarian buat sang anak adalah jalan pintas untuk mencari kebebasan di jalanan dengan berlindung di dalam suatu komunitas yang penuh akar kepahitan. Disinilah duduk masalahnya.

Saat awal berumah tangga, dan mulai bersiap dalam kelahiran sang anak, siapapun akan bertanya secara sadar atau tidak sadar, mau jadi apa ya anak kita yang ada dalam kandungan ? Mungkin ada yang berpikir...ya udah jalani saja kayak air mengalir. Apakah benar prinsip ini ? Karena disini sebetulnya ajang persiapan membangun pondasi sebuah keluarga dimulai, sebelum memulai pertandingan sesungguhnya dalam perjalanan kehidupan, khususnya generasi dari keturunan kita.

pexels-nappy-935944
pexels-nappy-935944

Persoalannya sekarang, apakah kita sebagai orang tua sudah benar-benar membekali anak-anak kita yang lahir dari darah daging kita dengan landasan iman yang kuat di dalam Tuhan. Ataukah kita sekedar membesarkan anak-anak kita dengan makanan minuman sebagai bekal hidup saja, dan membiarkan anak-anak tumbuh liar, tanpa ada lagi rasa hormat dengan orang tua, terlebih tidak takut dosa kepada Sang Khalik ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun