Mohon tunggu...
Herman Efriyanto Tanouf
Herman Efriyanto Tanouf Mohon Tunggu... Penulis - Menulis puisi, esai, artikel lepas

Founder dan Koordinator Komunitas LEKO Kupang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Razia Buku "Kiri", Upaya Mematikan Geliat Literasi dan Membungkam Ke-Merdeka-an

17 Agustus 2019   13:58 Diperbarui: 18 Agustus 2019   07:12 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kencan Buku (Baca Buku Gratis) di Kota Kupang oleh Komunitas Leko. (Foto: Dok. Pribadi)

Jika Belanda dan Jepang adalah masa kelam bagi Indonesia di masa lalu, maka di kekinian Indonesia sebagai sebuah Negara tengah menjajah bangsanya sendiri dalam segala bentuk. Selain kemiskinan, kesenjangan sosial, kriminalitas, dan lain-lain, kebodohan juga menjadi salah satu masalah besar di ini Negara. Kebodohan itu sendiri tidak terbatas pada orang-orang yang memang tidak memiliki pengetahuan samasekali, tetapi ada pada mereka yang merasa pintar. Eh, bukannya harus pintar merasa?

Kita boleh sepakat dengan pernyataan Romo Magnis bahwa razia buku adalah tanda kebodohan dan kekurangajaran terhadap ilmu pengetahuan. Lebih jauh dari itu, razia buku menjadi upaya dari pembodohan terhadap bangsa, secara individu. Upaya pembodohan inilah suatu bentuk hegemoni yang sebenarnya tengah dibangun dengan dalil 'ancaman' terhadap ideologi. Catatan riil di masa lampau dijadikan mitos yang tentunya menghancurkan peradaban.

Razia buku, itu usaha mendatangkan 'ancaman' yang lebih besar. Semakin marak dilakukan, masyarakat semakin ingin tahu akan paham-paham 'kiri'. Tampilan fisik boleh saja dirazia, disingkirkan dan dihancurkan, tetapi akan semakin banyak e-book yang tersebar di mana-mana, mudah diakses siapa saja. Apapun tindakan itu, jangan sampai menghancurkan peradaban, mematikan spirit literasi yang tengah dibangun dan menjadikan bangsa senantiasa dijajah. MERDEKA!

***

Kupang, Agustus 2019
HET

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun