Mohon tunggu...
Herman Efriyanto Tanouf
Herman Efriyanto Tanouf Mohon Tunggu... Penulis - Menulis puisi, esai, artikel lepas

Founder dan Koordinator Komunitas LEKO Kupang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Jalan El Tari

7 Maret 2019   00:42 Diperbarui: 7 Maret 2019   01:24 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
poskupang.com/ Oby Lawanmeru

di trotoar depan kantor tuan gubernur
pandangan paling sendu menjumpai baja sarat karat
"itu peninggalan Nederlanden laknatullah".

kau tahu ka?
mulusnya aspal kembar itu menjelah
di atas susunan karang Ina-Ama
kokoh setelah peluh bersimbah darah
demi arak-arakan roda paling rengsa.

elelele...elelela
meriam duka dipajang suri
mengapa bukan tubuh kaku Ina-Ama?
sebatas lingga ju sonde apa-apa
dalam diam mereka tertawa
sebab otakmu, mulut nganga
seperti wangi cendana, yang
menyesak di batang hidung Nederlanden, lalu
"puuu...puuu...puuu"
kentut bertubi-tubi.

elelele...elelela
di trotoar itu hanya ada asap bakar jagung manis
mengepul centil, bikin bola mata Ina-Ama serasa pedis
hingga hati teriris-iris
meratapi kepulan meriam itu dalam keluh
pada kenang yang tak pernah lusuh
setelah anak-cucu dirasuk acuh.
***

HETanouf

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun