di trotoar depan kantor tuan gubernur
pandangan paling sendu menjumpai baja sarat karat
"itu peninggalan Nederlanden laknatullah".
kau tahu ka?
mulusnya aspal kembar itu menjelah
di atas susunan karang Ina-Ama
kokoh setelah peluh bersimbah darah
demi arak-arakan roda paling rengsa.
elelele...elelela
meriam duka dipajang suri
mengapa bukan tubuh kaku Ina-Ama?
sebatas lingga ju sonde apa-apa
dalam diam mereka tertawa
sebab otakmu, mulut nganga
seperti wangi cendana, yang
menyesak di batang hidung Nederlanden, lalu
"puuu...puuu...puuu"
kentut bertubi-tubi.
elelele...elelela
di trotoar itu hanya ada asap bakar jagung manis
mengepul centil, bikin bola mata Ina-Ama serasa pedis
hingga hati teriris-iris
meratapi kepulan meriam itu dalam keluh
pada kenang yang tak pernah lusuh
setelah anak-cucu dirasuk acuh.
***
HETanouf