Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... Administrasi - Pedagang tempe di Pasar Depok

berminat dengan tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jika Presiden Jokowi dan Menkeu Sri Mulyani Tahu, Mereka Akan Sedih

12 Desember 2018   20:07 Diperbarui: 13 Desember 2018   06:13 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara Penyerahan simbolis bantuan pemerintah oleh Bekraf di Annex Building, Selasa (11/12) malam. (Dok. Probadi)

Selasa malam (11/12/2018) saya dan seorang teman tiba di lobi Gedung Annex, Jl. MH Thamrin Jakarta, setelah jalan kaki sepanjang beberapa ratus meter dari Jl. Timor,Menteng, Jakarta Pusat, setelah taksi yang kami tumpangi salah jalan.Di depan lift banyak orang berkerumun. Satu lift terbuka, dan lift di sebelahnya tertutup, masih berjalan turun. Lift yang terbuka dijaga oleh seorang pemuda berbaju batik. Sesekali dia berbica dengan seseorang yang berdiri tidak jauh dari lift.

Melihat lift kosong, saya dan teman siap-siap masuk untuk ke Lt.12 tempat acara pemberian bantuan pemerintah untuk komunitas seni dan film oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Tetapi lelaki muda berbaju batik yang menahan pitu lift, melarang kami masuk.

"Maaf pak, ini buat Pak Mentri," katanya.

Tidak lama kemudian sebuah sedan mewah berwarna hitam tiba depan lobi. Penumpangnya, Kepala Bekraf Triawan Munaf turun, lalu berjalan menuju lift. Dia masuk ke lift bersama beberapa orang, termasuk anak muda yang menjaga lift.

Saya bersama teman harus menunggu lift yang menuju lantai 12 - terlihat dari angka digital di pintu lift -  turun lagi. Sementara antrian untuk naik lift sebelah makin panjang.

Lift bekas "menteri" akhirnya sampai juga ke bawah. Kami naik hingga ke lantai 12. Ada meja panjang yang ditunggui oleh beberapa wanita berseragan batik dengan  motif parang rusak. Di meja ada tiga buah buku tamu terbuka lebar. Kami tidak mengisi buku tamu, karena bukan undangan Bekraf. Kalau mengisi malah takut ditanya-tanya.

Di sebelah kanan dekat pintu masuk ada beberapa teman wartawan sedang makan, prasmanan. Makanannya enak, ada ikan dori, ayam ungkep, mie goreng, nasi putih yang warnanya seputih salju, sup, makanan penutup, kopi dan teh. Kami ikut makan. Enggak apalah ikut menikmati duit negara.

Selesai makan, kami  masuk. Di panggung dengan latar balakang layar LED display besar sepanjang panggung, nampak pejabat Bekraf, perempuan, entah eselon berapa sedang memaparkan kinerja mereka di hadapan undangan dan sang "menteri", Kepala Bekraf Triawan Munaf dan audiens yang terdiri dari sejumlah penerima undangan dan karyawan Bekraf sendiri. Banyak kursi kosong, dari seragam batik yang dikenakan, sangat banyak karyawan Bekraf.

Pejabat itu memaparkan bagaimana perjuangannya untuk mencari-cari barang berkualitas yang akan disumbangkan, termasuk usahanya untuk meyakinkan Kementerian Keuangan agar anggaran yang diajukan lolos.

Setelah pejabat yang satu, disusul oleh pejabat yang lain. Ada tiga pejabat di bawah Kepala Bekraf yang berbicara. Setelah ketiganya berbicara panjang lebar, panggung diisi oleh grup musik dan tari-tarian. Sesudahnya nama-nama beberapa penerima bantuan diminta naik ke atas panggung. Kepala Bekraf diminta naik ke panggung untuk menyerahkan bantuan secara simbolis dan menyampaikan sambutan. Hanya 10 menit, acara berakhir.

Menurut undangan, acara malam itu adalah penyerahan Simbolis Bantuan Pemerintah. Namun yang tersirat seperti panggungnya para pejabat Bekraf untuk tampil, sementara acara utamanya sendiri hanya berlangsung beberapa menit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun