Mohon tunggu...
Herlyana Rizky Amelia
Herlyana Rizky Amelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Seorang mahasiswa yang belajar untuk membuat suatu karya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gaya Hidup Hedonisme "Hanya untuk Gengsi atau Kebutuhan Diri"

18 Juni 2022   23:41 Diperbarui: 18 Juni 2022   23:51 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada zaman yang serba ada seperti saat ini tidak sedikit dari orang yang senang memperlihatkan gaya hidup mereka salah saatunya adalah gaya hidup hedonisme. Sebuah perilaku atau gaya hidup yang berlebihan dapat juga disebut gemar berfoya-foya merupakan salah satu perilaku konsumtif yang terlalu berlebihan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hedonisme sendiri merupakan sebuah pandangan yang mengangggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Oleh karena itu orang-orang yang meiliki perilaku hedonisme memiliki ideologi tersendiri bagaimana mereka menunjukan sikap dan gaya hidup mereka.

Terlalu berlebihan bukan hal yang bagus untuk dilakukan, namun berbeda dengan sudut pandang mengenai gaya hidup satu ini. Banyak dari mereka yang tidak sadar telah memasuki lingkup ini, banyak dari mereka yang beranggapan bahwa hedonisme merupakan hal yang keren dan gaul. Menurut jurnal Equilibria Pendidikan (2017), gaya hidup hedonisme merupakan sebuah pola hidup dimana aktivitasnya cenderung mencari kesenangan hidup, contohnya seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, lebih bayak bermain, menyengi keramaian kota, menyukai barang mahal, dan selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Individu yang lebih memilih untuk mengikuti gaya hidup hedonisme akan lebih mementingkan penampilan fisik mereka dibandingkan dengan hal lain yang lebih penting seperti kebutuhan sehari-hari hingga kebutuhan pokok. Dengan penampilan fisik yang menonjol mereka berharap untuk tampil glamor dan fancy sehingga menimbulkan kesan modern yang tidak semua orang bisa ikuti. Banyak dari mereka juga yang memilih untuk mengikuti gaya hidup satu ini hanya krena ingin mengikuti tren yang sedang hangat-hangatnya di tengah masyarakat, tidak hanya itu merek terkadang juga ingin mendapatkan penerimaan sosial dari lingkungan disekitarnya, sehingga dengan pembuktian gaya hidup ini mereka menjadi lebih percaya diri terhadap dirinya sendiri.

Faktor pengaruh mengapa seorang individu mengikuti gaya hidup ini, ada faktor internal (faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri yang berlandasakan pada pola pemikiran dan keyakinan setiap individu untuk memiliki gaya hidup seperti yang didambakan) dan faktor eksternal (faktor yang bersal dari luar individu tersebut untuk melakukan sesuuatu seperti pengaruh lingkungan maupun pengaruh suatu kelompok

Dengan berkembangnya teknologi seperti saat ini banyak sekali yang ingin memerkan apa saja yang dimiliki demi sebuah popularias atau konten yang akan terlihat di mata orang lain, banyak yang akan berlomba-lomba untuk mencari sebuah validasi dari koneksi yang dimilikinya, pengakuan dari orang lain terkadang membuat orang merasa senang padahal dengan adanya validasi tersebut mereka telah terjebak kedalam sebuah ilusi yang mereka ciptakan. Mereka ingin dipandang seperti yang mereka inginkan namun tak jarang juga mereka merasa tertekan dengan labeling yang masyarakat berikan.

Embel-embel “mencari sebuah kebahagiaan” menjadi sebuah ironi mengapa banyak orang yang akhirnya menjadikan dirina sebagai penganut hedonis. Dengan adanya paradigma itu membuat masyarakat tergiur dengan hal tersebut. Memeang kebahagiaan menurut setiap sudut pandang orang akan berbeda-beda maknanya dan dapat berubah seiring berjalannya waktu namun, kebahagiaan sendiri bersifat internal yang dimana sesuatu itu hanya akan lahir dan berasal dari dalam diri manusia itu sendiri dan tidak akan merugikan diri sendiri. Menurut buku Psikologi Positif: Pendekatan Saintifik Menuju Kebahagiaan, kita tidak dapat meyangkal bahwa sebuah kebahagiaan adalah sebuah tujuan akhir yag akan diupayakan oleh seseorang. Artinya, tidak ada lagi tujuan lain yang hendak diupayakan setelah mecapai kebahagiaan itu. Sayangnya pada kasus gaya hidup berlebih atau bisa yang kita sebut hedonisme ini merupakan sebuah tujuan lain yang ingin dicapai oleh seseorang untuk mendaptkan sebuah attention dari orang lain.

Sudut pandang yang terbentuk dari kalangan masyarakat juga akan memberikan dampak besar terhadap pola dan tingkah laku seseorang, seperti yang dijelaskan pada prespektif interaksionis yang menjelaskan bahwasanya proses interaksi yang akan mempengaruhi perilaku sosial kita. Sedangkan di kehidupan seperti saat ini derajat manusia hanya diukur melalui penampilan fisik dan kepemilikan materi semata yang membuat tidak sedikit dari mereka memilih untuk menjadi hedonisme. Sehingga hidup hanya dipandang untuk mencintai dunia tidak dengan moral maupun etika bahkan akhlak menjadi sebuah debu yang tidak terlihat.

Tak dapat dipungkiri juga agar sebuah individu akan melakukan atau menghalalkan segala cara untuk memasuki lingkaran pertemanan yang mereka inginkan. Banyak verita mengenai anak membunuh orang tua atau saudara kandungnya hanya untuk mendapatkan harta yang akhirnya untuk kesenangan hiduo mereka, banyak sekali kasus serupa yang terjadi namun baru sedikit yang diangkat dari sinilah dapat kita lihat bagaimana ricuhnya pandangan atau paham ini.

Melakukan perhitungan anggaran terhadap keungan yang kita miliki sangatlah penting, mengingat kita memiliki masa depan yang belum dapat kita pastikan oelh karena ituperhitungan dengan pemasukan yang dimiliki dan pengeluaran yang dihasilkan harus  bisa seimbang. Jangan sampai dengan mengikuti kebiasaan hedon tersebut dapat merusak anggaran yang sudah direncanakan dan membuat dampak buruk bagi keungan dimasa yang akan datang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun