Malamnya saya kembali mencoba latihan pembelajaran daring dengan siswa kelas 6 tersebut. Tak ayal lagi tangis pun pecah menyaksikan room google meeting kejang, suara siswa tak jernih. Berbagai upaya telah dicoba namun hasilnya tetap sama saja.
Keesokan paginya saya mengendarai motor dengan kecepatan tinggi agar sampai di sekolah lebih pagi. Agar dapat mengkondisikan siswa kembali beserta perangkat yang dibutuhkan.Â
Perjalana normal untuk sampai ke sekolah dengan menggunakan kendaraan pribadi biasanya memakan waktu 50-60 menit. Namun Jumat pagi silam saya pecah rekor. Dalam waktu 30 menit suara motor yang saya kendarai menderu memasuki arena parkiran sekolah. Seolah lupa bahwa hal itu tak baik untuk saya karena menderita syaraf terjepit.
Tanpa mengambil kesempatan untuk istirahat sejenak, siswa kelas 6 langsung diarahkan berkumpul di kelas. Mereka kembali diarahkan dan diminta mengambil posisi masing-masing.Â
Tanpa banyak prolog saya mengumpulkan gadget dan laptop teman sejawat untuk dipakai dalam PPL siklus 1 berbasis daring ini. Tak ada yang protes dengan aksi sigap saya mengambil segala perangkat teman-teman.
Teman-teman sejawat menatap saya tak berkedip sembari nyeletuk.
"Tenang. Hati-hati. Jangan sampai kamu jatuh."
Saya tak sempat merespon nasehat tersebut. Beberapa orang rekan sejawat dengan sigap mengikuti langkah cepat saya. Bersiaga sekira saya butuh bantuan. Akhirnya PPL-1 pun selesai.Â
Dengan penasaran saya segera memutar video PPL yang baru saja dilaksanakan. Menyaksikan kondisi video utuh tawa pun meledak. Kelihatan di sana diawal pembelajaran wajah bu gurunya kaku dan panik. Kelihatan sempat lupa merekam pembelajaran hingga semuanya kembali diulang dari awal.
Suara-suara terdengar begitu ramai. Sebab di sekolah kami telah berlangsung pembelajaran tatap muka normal sejak Senin silam. Bahkan suara saya di dalam video seolah terkalahkan oleh suara guru dari kelas sebelah.Â
Terdengar suara teriakan "silau bu" dari siswa karena posisinya dihampiri oleh cahaya matahari pagi. Bahkan di tengah pembelajaran ada yang siswa yang datang tergopoh-gopoh mengabari paketnya habis. Dengan sigap saya mengkondisikan keadaan dan kembali berlari meminjam gadget rekan sejawat lainnya untuk digunakan oleh siswa ini.