Mohon tunggu...
Herlin Variani
Herlin Variani Mohon Tunggu... Guru - Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Motivator generasi milenial, Guru

Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Motivator generasi milenial, Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melodi Hikmah dalam Derap Langkah Manusia

4 Agustus 2021   22:31 Diperbarui: 5 Agustus 2021   06:32 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Brak. "Aaaakkkk..."
Suara pekikkan dari penumpang oplet menyaksikan sebuah motor matic berwarna putih tiba-tiba salto di sebuah ruas jalan lintas Sumatera.

Pengemudi motor slim itu terpental. Terhempas ke jalan raya lalu berguling-guling. Teriakan histeris meningkahi drama pagi menjelang siang itu.

Terlihat sebuah kendaraan umum melaju beberapa senti meter menuju motor yang terpental. Atas kehendak Tuhan, laju minibus itu mendadak terhenti. Hingga motor dan pengemudinya yang baru saja mengudara tak tersentuh sama sekali.
***
Kejadian di atas bukan sebuah ilustrasi. Melainkan kejadian nyata yang dialami oleh seorang gadis Minang beberapa tahun silam. Sebuah peristiwa yang tak direncanakan itu merubah perjalanan hidupnya.

Biasanya ia bergerak dengan sangat lincah. Tak mengenal waktu. Tak pernah terpancar kelelahan di wajahnya. Selalu energik. Mandiri. Tak suka bergantung pada orang lain

Tak hanya energinya yang ekstra. Keberanian dalam mengambil langkah-langkah baru dalam mewujudkan mimpinya membuat permasalahan enggan mendekat.

Gurat kesedihan seolah tak pernah singgah di wajahnya. Hanya senyuman, keceriaan dan tawa renyah yang terlihat setiap kali berpapasan dengan orang lain.

Istimewa. Begitu guman orang yang melihat. Hanya saja, ia kerap mendapat nasihat, agar tak lupa istirahat.

"Insya Allah nanti di surga." Begitu jawaban yang diberikan tiap kali nasihat itu datang.

Namun, pasca kecelakaan tunggal beberapa tahun silam, perlahan kondisi mulai berubah. Pergerakannya mulai terbatas.

Kali ini ia benar-benar harus beristirahat. Walau hati dan pikirannya menolak perintah untuk istirahat panjang. Namun tubuhnya meminta hal sebaliknya.

Raganya enggan diajak bergerak bebas. Membungkuk tak boleh, mengangkat beban berat tak boleh. Bahkan sekadar senam pagi yang biasa dilakukannya pun tak boleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun