Mohon tunggu...
Herlina Hesti
Herlina Hesti Mohon Tunggu... Guru - Fasilitator

Less is more

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips Berteman dengan Emosi

8 Juni 2023   10:35 Diperbarui: 8 Juni 2023   10:38 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada beberapa orang yang mengalami emosi negatif yang berkepanjangan kemudian mencari konselor untuk berkonsultasi bagaimana cara menghadapi emosi negatif yang dialaminya. 

Dengan berkonsultasi, sebenarnya mereka menunjukan bahwa mereka cukup sadar melihat adanya aura negatif dalam batin mereka yang tidak mudah untuk diselesaikan sendiri. Kebanyakan orang biasanya terlarut dalam emosi masing-masing dan memiliki kesadaran diri yang terbatas.

Merupakan hal yang normal ketika kita merasa gelisah karena bosan, saat bertemu dengan orang-orang nyebelin, orang yang tidak bisa kita tebak yang ada di kiri dan kanan kita. Kondisi batin negatif yang kita alami membuat kita tidak tenang dan hati terasa capek. 

Coba bayangkan perilaku orang-orang nyebelin yang ada di sekitar kamu, benar atau tidak membuat hati kamu jadi capek? Sadar atau tidak, kenapa perilaku mereka membuat hati kamu menjadi capek cenderung lelah. Pernahkah seperti itu? Kalau pernah, saya pun pernah seperti kamu. Lalu apakah anda tahu apa yang menyebabkan itu semua? 

Penyebabnya ternyata kerena diri kita sendiri yang salah. Mungkin ada yang kaget, heran, dan bertanya "bagaimana saya yang salah, orang mereka yang nyebelin kok, mereka yang perilakuknya yang membuat saya sakit hati kok, saya yang disalahkan bagaimana ceritanya? Tidak masuk akal." Begini teman-teman, dalam hidup ini 90% masalah disebabkan oleh kita sendiri bukan karena orang lain. Walupun mungkin, orang itu sudah terlihat menyakiti kita.

Ketika orang-orang merasakan emosi negatif datang menyerang, dorongan pertama yang akan muncul adalah hasrat untuk mengontrol emosi tersebut supaya mereka tidak terlalu larut atau terbawah olehnya. 

Apabila mungkin, mereka akan segera menyingkirkan emosi negatif tersebut atau menghindarinya, mereka jarang berpikir bahwa emosi negatif sesungguhnya memerlukan pemahaman yang lebih mendalam. Mungkin ini sebabnya kenapa orang-orang menggunakan istilah  "mengatur kemarahan" atau "mengatasi kebencian" dan bukannya "berteman dengan emosi kita"

Rasanya sulit untuk mengendalikan emosi negatif dengan cepat, semakin keras kita berusaha untuk mengaturnya, emosi itu akan semakin kacau dan cepat muncul kembali. Bahkan kita merasa berhasil mengendalikannya. Bisa jadi kita hanya menguburnya sesaat, emosi negatif itu akan kembali meluap. 

Bayangkan emosi negatif yang kuat itu seperti lumpur yang mengotori akuarium, supaya lumpur itu mengendap di dasar akuarium dan kita bisa melihat ikan di dalamnya lebih jelas, kita tentu tidak ingin memasukan tangan ke air lumpur itu, dan mendorong lumpur hingga ke dasar akuarium. 

Semakin kita berusaha menekannya ke dasar, semakin tersebar lumpurnya ke seluruh akuarium. Sama seperti saat kita hendak mengontrol emosi negatif, kita mungkin berusaha mendorongnya ke dalam. Sayangnya semakin keras kita berusaha, semakin mungkin emosi itu akan muncul ke permukaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun