"Tergantung."
Kata itu selalu muncul ketika membahas dilema antara mengontrak atau mengajukan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Klise, memang. Namun, jika kita telisik lebih dalam, jawaban tersebut justru sangat fundamental karena pada akhirnya, semua keputusan bermuara pada satu hal: Tergantung duitnya! Loh, kok duit? Ya iyalah, apalagi coba?
Mitos vs. Realitas: Membongkar Perspektif Kontrak dan KPR
Perdebatan "lebih baik mengontrak atau KPR" tak pernah usai. Sebagian orang menyarankan mengontrak karena KPR dianggap "menjerat" dan lebih mahal. Mereka berdalih, "lebih baik menabung lalu beli tunai!" Di sisi lain, tak sedikit yang bersikukuh bahwa KPR lebih menguntungkan karena pada akhirnya rumah akan menjadi milik pribadi, bahkan berpotensi menjadi aset investasi.
Namun, mari kita hadapi realitanya: baik mengontrak maupun KPR, keduanya tidak menawarkan jaminan kepastian hidup di masa depan. Risiko selalu ada, hanya bentuknya yang berbeda.
Jangan Salah Paham: Risiko yang Mirip, Prosedur yang Berbeda
Baik Anda mengontrak maupun mencicil KPR, risiko "kehilangan tempat tinggal" akan selalu menghantui jika terjadi krisis finansial.
Mengontrak? Jika kondisi ekonomi memburuk dan Anda tidak mampu membayar sewa, mau tidak mau Anda harus mencari hunian yang lebih terjangkau, atau bahkan terpaksa pindah.
KPR macet? Konsekuensinya lebih rumit. Anda akan berurusan dengan bank, catatan BI checking yang buruk, dan risiko terburuknya adalah rumah disita. Pada akhirnya, Anda tetap harus "pergi" dan mungkin berakhir kembali mengontrak.
Intinya, dalam situasi sulit, Anda tetap harus beradaptasi dan mencari solusi. Bedanya hanya pada prosedur dan implikasi jangka panjang: