Mohon tunggu...
Herlambang Saleh
Herlambang Saleh Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Stres

29 November 2022   10:50 Diperbarui: 17 Mei 2023   11:57 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Indonesia, Hari Guru diperingati pada tanggal 25 November. Sejak tahun 1994, Hari Guru diperingati dunia setiap tanggal 5 Oktober. Tujuan memperingati hari tersebut untuk mendukung para guru di seluruh dunia dan meyakinkan mereka bahwa keberlanjutan generasi mendatang ada di tangan para guru. Hari Guru adalah hari untuk merayakan jasa pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka dengan senang hati menularkan ilmu yang telah mereka peroleh selama menempuh masa perkuliahan. Guru menerapkan keilmunya kepada keturunan bangsa ini kelak, dengan terus belajar dan bekolaborasi dengan yang lainnya.

Sejarah Hari Guru dimulai dengan lahirnya PGRI pada tanggal 25 November 1945, 100 hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pendahulu PGRI adalah Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) pada tahun 1912, yang berganti nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) pada tahun 1932.

Hari Guru merepresentasikan kepedulian, pemahaman dan penghargaan terhadap peran vital seorang guru, guru tidak hanya mengajarkan ilmu tetapi juga berperan membangun generasi peradaban. Guru sebagai profesi memiliki pekerjaan tidak mudah, karena dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian, lebih lanjut tugas pokok dan fungsi guru diatur dalam Permendikbud nomor 15 tahun 2018.

Keberadaan guru sangat penting bagi keberhasilan pendidikan. Guru merupakan tonggak penting bagi keberhasilan pendidikan. Gurulah yang menentukan kemampuan generasi penerus suatu bangsa dalam menghadapi tantangan kehidupannya. Kemajuan pendidikan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas gurunya. Apa yang Guru kesankan, akan terus kita temukan pada anak bangsa.

Namun pertanyaannya adalah apakah hari ini guru bahagia dalam menjalani profesinya atau tertekan dalam menjalani rutinitas kesehariannya sebagai insan cendekia? Guru adalah profesi yang termasuk kategori profesi yang penuh tekanan. Pada kategori itu pun, guru lebih sering mengalami stres. Riset National Foundation for Educational Research (2019) di Inggris menunjukkan 1 dari 5 guru mengalami stres pada hampir seluruh waktu bekerjanya, lebih tinggi dibandingkan profesi lainnya.

Lalu, apa yang menyebabkan guru stres? Ada sejumlah tantangan dan pengalaman yang menyebabkan guru merasa stres. Dimulai dengan tantangan menghadapi puluhan siswa sekaligus, orang tua dengan karakteristik berbeda, persyaratan administrasi pendidikan, mengintegrasikan persyaratan kurikulum dengan kebutuhan siswa, diberikan banyak tanggung jawab, namun otonomi seringkali dibatasi oleh banyak pihak.  

Salah satunya, administrasi pembelajaran yang lebih popular dengan nama RPP, tentunya istilah tersebut sudah tidak asing didengar. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dikuasai guru. RPP merupakan administrasi yang harus diselesaikan guru sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas. Adanya RPP seharusnya memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Lalu mengapa banyak guru yang mengeluhkan pembuatan RPP? Pada hal RPP berfungsi sebagai acuan atau skenario pembelajaran yang memuat proses dan penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang tercantum dalam kurikulum. Guru yang mampu membuat RPP lebih fokus dan terorganisir selama proses pembelajaran.

Namun, dilapangan yang kerap terjadi saat menyusun RPP terkesan berbelit-belit dengan berbagai penyebutannya, RPP K13, RPP berdiferansia, modul ajar. Guru mengeluhkan pembuatan RPP memakan waktu lama karena setiap unsur pembelajaran cukup kompleks. Hal ini membuat pembelajaran kurang terkontrol. Guru hanya membuat RPP sebagai persyaratan administrasi sekedar mengisi dan melengkapi setiap elemen berdasarkan formatnya tanpa memahami tujuan dan esensinya. Betulkah?

Apakah sejumlah tantangan dan pengalaman tersebut akan berdampak? Tentunya akan ada dampak yang ditimbulkan dari tantangan dan pengalaman yang menyebabkan guru stres. Pertama, kita para guru bisa mengalami penderitaan dalam mengajar, ketidakberdayaan dalam menunaikan tanggung jawab sebagai pendidik. Stres membuat guru mudah tersinggung, berperilaku lebih emosional, panik menghadapi tantangan, enggan mempelajari hal baru, sulit menerima saran perbaikan, memengaruhi kualitas hidup dan hubungan dengan pasangan. Pada akhirnya, stres adalah akar dari berbagai penyakit fisik yang mungkin dialami guru.

Selain itu, stress guru berpengaruh terhadap kualitas belajar siswa. Siswa juga mengalami penderitaan belajar, perasaan tidak berdaya dalam belajar. Siswa merasa tidak aman dan tidak dimengerti serta menerima tanggapan sebagai siswa yang enggan belajar, sehingga tidak berani pendapat. Pada akhirnya, siswa tidak mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Menurut McLean dalam majalah Child Development tahun 2015, stres guru dapat menggerogoti ruang kelas. Hal ini mengurangi motivasi belajar siswa, karena materi yang disajikan sulit untuk dipahami.

Sebagai solusinya kita harus memiliki ekspektasi yang indah terhadap diri kita sendiri dan siswa kita. Guru bersemangat mengajar, gigih dalam menghadapi tantangan, mandiri dalam mencari solusi, merenungkan kesalahan, beradaptasi untuk memperbaiki, bercermin pada kesalahan dan beradaptasi dengan perbaikan. Terus membangun relasi dan komunikasi dalam suatu komunitas, karana dalam komunitas, kita akan mendapatkan dukungan untuk melakukan pembaruan diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun