Mohon tunggu...
Heriyanto Rantelino
Heriyanto Rantelino Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda Papua Yang Menikmati Petualangan sebagai ASN Sekretariat Daerah Di Belitung Timur

ASN Belitung Timur, Traveler, Scholarship Hunter. Kontak 0852-4244-1580

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buzzer Otsus Papua Jilid Dua, Menambah Simpati atau Memperburuk Situasi?

1 Oktober 2020   09:23 Diperbarui: 1 Oktober 2020   09:35 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Buzzer. Dok: mojok.id

Saya sudah empat tahun berdomisili di Papua. Untuk mengisi waktu luang, kadang saya membuat kajian tentang Papua. Ini adalah salah satu cara saya belajar lebih banyak tentang Papua. 

Apalagi kalau mengkaji budaya, sosial atau kearifan lokal, saya harus gali secara seksama karena saya akui begitu minimnya referensi akurat tentang Papua di jagat dunia maya. Itupun referensi  yang disajikan berbeda satu sama lain, jadi mau tidak mau saya harus menelusurinya dengan baik. Makanya, kajian Papua lumayan menguras banyak waktu karena bahan kajiannya harus diverifikasi.

Sebagai pengamat kecil-kecilan di media sosial. Otonomi Khusus Jilid Dua pun sampe pake Buzzer dan Ads di Media Sosial loh.Namanya buzzer, yang jelas memuat pernyataan yang pro dong. Tak menjadi masalah sih, karena setelah saya pelajari, tujuannya mulia dari Otsus Jilid Dua ini  adalah untuk kesejahteraan orang Papua dan menambal jurang-jurang disparitas yang selama ini tercipta antara Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia. 

Sayapun setuju dengan Otsus Jilid Dua dengan catatan memperjelas regulasi pelaksanaannya kelak, metode eksekusinya di lapangan, metode pengawasannya, tranparansi penggunaan anggarannya, pemberian kewenangan besar pada pemerintah daerah dan yang tak kalah penting ada publikasi setiap pos-pos penyaluran dana otsus itu. Orang Papua adalah orang yang kritis, tidak mempercayai sesuatu kalau tidak ada bukti oleh karena itu penting suatu publikasi.

Seorang Buzzer hadir untuk mengkampanyekan sebuah produk, mensosialisasikan program pemerintah atau suatu korporat. Buzzer ibarat seorang tutor, pemandu, guide, moderator suatu produk/acara/program yang memiliki pertanggungjawaban atas apa yang disampaikan.

Menjadi Buzzer dituntut untuk menjadi kreatif. Bagaimana mengembangkan draft kegiatan/produk yang diberikan oleh perusahaan/instansi terkait. Tapi sejauh ini yang saya rasakan,sosialisasi program pemerintah itu agak sensitif karena mengiming-imingi sebuah janji/ restorasi perbaikan. 

Membangun suatu paradigma sah-sah saja, tapi akan menjadi masalah kalau sudah  dibumbui hal-hal lebay yang pada akhirnya akan  memunculkan keraguan bagi pembacanya. Memperbanyak referensi adalah salah satu cara agar bisa berkreatifitas.

Saya melakukan penelusuran dan menemukan sekitar 50-an buzzer Otsus Papua Jilid Dua. Kesan saya  dari postingan mereka adalah visualisasinya keren, susunan kata-katanya mudah dimengerti, singkat, padat dan didukung grafis yang mumpuni sehingga  mudah dimengerti.  Yang menjadi titik permasalahannya adalah ketika sudah menyinggung hal-hal berbau sejarah, kehidupan sosial, kearifan lokal, kenyataan. Tak jadi masalah sih namun referensinya salah yang pada akhirnya merusak kredibilitas dari sang Buzzer tersebut. 

Sekalipun postingan sudah ratusan, tapi jika ada satu yang salah, maka akan membuat orang Papua kehilangan kepercayaan. Buzzer ini tugasnya edukasi masyarakat utamanya di Papua tentang arti pentingnya Otsus. Kalau yang luar Papua sih sejauh ini responnya positif semua. 

Tapi kalau di Papua ini belum tentu Bos soalnya seperti yang saya katakan dari awal, orang Papua itu kritis-kritis. Lihat aja kemarin, Diplomat cantik itu menyerang Vanuatu di sidang PBB menjadi buah bibir di grup-grup Papua. Bukan soalkeberanian dan kecerdasannya tapi ketika Dia menyinggung sejarah Papua dan menurut sebagian orang Papua salah referensi, maka jadi bullyan di media sosial. Jangan sampai hal ini terjadi pada buzzer Otsus Papua Jilid Dua.  

Jika mengutip referensi dari media abal-abal dan kebetulan dibaca oleh orang Papua yang mengerti keadaan daerah sendiri, maka akan menimbulkan keraguan dan bullyan karena bertabrakan kenyataan yang ada. Pada akhirnya membuat misinformasi dan salah persepsi. Tak ada salahnya menjadi Buzzer di Luar Papua, tapi perbanyak referensi boleh dan lebih yahud lagi kalau bertanya kepada orang yang sudah lama di Papua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun