Mohon tunggu...
Heriyanto Rantelino
Heriyanto Rantelino Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda Papua Yang Menikmati Petualangan sebagai ASN Sekretariat Daerah Di Belitung Timur

ASN Belitung Timur, Traveler, Scholarship Hunter. Kontak 0852-4244-1580

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Diplomasi Tidur Bareng, Strategi dan Tren Hidup yang Keliru di Kalangan Millenial

6 Januari 2019   05:29 Diperbarui: 6 Januari 2019   05:43 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock/BlueSkyImage

Saya teringat dengan momen tiga tahun silam kala  saya  dan teman-temanku mendaftar di sebuah perusahaan. Perusahaan itu tergolong memiliki reputasi yang baik. 

Sebagai pelamar yang baik, kami mempersiapkan segala sesuatunya mulai dari berkas dokumen yang diisyaratkan, pakaian yang akan dikenakan hingga melatih diri mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan tes kemampuan akademik dan tes wawancara. 

Ini adalah sejumlah amunisi yang kami persiapkan matang-matang agar kelak bisa menjadi bagian dari perusahaan tersebut.  

Namun diantara kami, ada yang keliatan santai-santai saja. Terbesit dalam pikiranku, apakah sang teman menganggap enteng serangkaian tes yang akan dijalani ataukah dia tak tak serius ikut mendaftar. Saya memberanikan diri bertanya kepadanya sebagai bentuk kepedulian. Namun jawaban yang saya terima sungguh tak terduga. 

Dia mengatakan bahwa dia sudah punya bekingan orang dalam dimana dia meyakini orang itu pasti akan menolongnya tanpa mengeluarkan sepeser rupiahpun. Muncullah keherananku  dan melancarkan pertanyaan saya selanjutnya bahwa mengapa bisa demikian. Lalu dia menjawab bahwa dia sudah melakukan "hubungan" dengan orang dalam. 

Oalah, dia mengandalkan hal itu toh pantasan saja dia keliatan tenang-tenang saja.Pada kenyataannya, dia memang yang terima dan kami lainnya terpental.

Tiga tahun berlalu, tiba-tiba sang teman menelpon menanyakan kabar sekaligus menanyakan mengenai lowongan kerja. 

Saya kaget, bukannya dia sudah bekerja di perusahaan bonafit, mengapa dia mau resign.  Dia pun menumpahkan curahan hatinya bahwa selama dia bekerja, dia tertekan batin karena harus meladeni" kemauan" orang yang telah menolongnya dahulu padahal orang tersebut sudah berkeluarga. 

Jika dia menolak, maka dia berada dibawah bayang-bayang  pemecatan.  Dia sudah tak tahan menghadapinya dan mau mencari pekerjaan yang membuat dirinya tenang tanpa beban.

Pelajaran Hidup

Ada pelajaran yang saya petik dari hal ini bahwa  butuh perjuangan besar dalam melamar suatu pekerjaan.  Jikalau mendapat jalan yang instan, pasti ada syarat dan ketentuan berat yang harus dihadapi terutama yang berkaitan dengan  norma-norma kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun