Mohon tunggu...
Heri Santoso
Heri Santoso Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah seseorang pecinta warna kuning yang gemar sekali jalan untuk menjelajah suatu tempat untuk lebih mengenal bahasa dan budanyanya.

Saya adalah seorang tenang pengajar di salah satu sekolah menengah pertama di Jakarta Pusat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tren Hidup Anak Masa Kini

11 Mei 2018   08:05 Diperbarui: 11 Mei 2018   08:10 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lika - liku kehidupan tidak lepas dari perkembangan zaman. Terutama saat ini kita  berada di zaman yang serba canggih. Kita pasti banyak menemukan perbedaan pola berpikir dari masyarakat tahun 70an, 80an, 90an, dan 2000an. 

Hal ini juga mempengaruhi pola berpikir orang tua dalam mendidik anak. Bila kita melihat kebelakang, bahwa orang tua sangat berperan aktif dalam perkembangan anak baik dari golongan bawah, menengah, maupun atas. 

Kini banyak fakta yang mengatakan bahwa orang tua tidak terlalu berperan aktif dalam perkembangan anak dan ini sangat nyata sekali bagi semua masyarakat. 

Dalam kesempatan ini kita spesifikan terhadap anak yang masih bersekolah SD dan SMP. Tentu banyak masyarakat umum sudah melihat video atau pun cuplikan gambar yang membuat miris orang tua. Kita ambil contoh yang belum lama ini beredar video asusila yang diperankan oleh anak SD dan banyak video viral kasus bullying pada siswa SMP. 

Semua seakan lepas dari pengawasan orang tua dan guru. Banyak data hasil survei mengatakan bahwa orang tua  menyerahkan tanggung jawab sikap atupun prilaku dari anak - anak mereka kepada sekolah. Hal itu tentunya tidak dibenarkan, karena pembelajaran sikap sesungguhnya berada di rumah dengan para orang tua mereka. 

Kita lihat jadwal sekolah anak di sekolah tidak lebih dari tujuh jam sehari selama lima atau enam hari dalam seminggu. Dan selebihnya anak - anak berada diluar sekolah. Beberapa anak banyak menghabiskan waktunya dengan para pengasuh mereka. Di samping itu juga banyak anak yang setelah pulang sekolah mencari kesenangannya sendiri dengan bermain ke rumah teman, bermain game, nonton di bioskop, dan bahkan browsing. 

Tren hidup saat ini memang tidak lepas dari kemajuan teknologi yang dapat menjangkau semua hal dalam satu genggaman. Kita sebut saja smartphone, satu alat kecil yang dapat menjadi teman hidup. 

Kurangnya komunikasi membuat dasar dari berbagai macam masalah. Disini terjadi kesenjangan antara orang tua dan anak, anak dan para teman sebayanya, dan anak dengan semua anggota keluarganya. Seringkali ditemukan permasalahan anak yang kabur dari rumah lantaran marah dengan orang tuanya. Disamping itu masih banyak ditemukan anak yang membolos sekolah karena daya minta untuk belajar yang tidak ada. 

Hidup harus ada sinergi antara orang tua dan guru, dan juga orang tua dan masyarakat. Orang tua yang menyekolahkan anak ke sekolah negeri hendaknya jangan selalu memikirkan keuntungan dari keberadaan KJP (Kartu Jakarta Pintar), tetapi perhatikan juga perkembangan anak.

Hal in terjadi ketika hari pembagian rapot, dijadwalkan dari jam 08.00 s.d 12.00 tetapi sudah jam 10.00 hanya tiga orang tua yang hadir dan ketika terdapat undangan untuk KJP yang dijadwalkan jam 08.00 s.d jam 10.00, jam 05.30 orang tua sudah memadati areal sekolah. Sungguh sangat miris melihat kondisi masyarakat saat ini, terutama Jakarta. 

Salah satu menangani tren saat ini untuk anak - anak yang tepat adalah orang tua selalu memantau kehidupan anak, perkembangan anak, dan berusaha meningkatkan kepintaran anak dengan memberikan pelajaran tambahan dengan cara les privat, kursus, atau mengikuti bimbingan belajar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun