Mohon tunggu...
Heri Bertus A Toupa
Heri Bertus A Toupa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bijak dalam Berpikir dan Sopan dalam Perkataan

Gemar travelling dan membaca - Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Merantau adalah Memori yang Selalu Dikenang

20 April 2021   22:09 Diperbarui: 21 April 2021   09:53 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Foto kenangan sebelum mas Bisri (paling tengah) balik ke Indonesia for good 14 April 2021 (private document)

Karena banyaknya utang dan tagihan yang kunjung juga lunas, akhirnya dia memutuskan untuk mengadu nasib di daerah lain dengan harapan bisa memperoleh penghasilan lagi untuk bisa membayar segala hutang yang bertumpuk. 

Dari contoh diatas, seorang ayah rela meninggalkan keluarganya untuk merantau demi melunasi segala hutangnya. Sebagai contoh dari teman seperjuangan saya di sini yaitu Bisri, dia rela meninggalkan istri dan anaknya di kampung halamannya demi bisa melunasi segala hutang dan barang berharga yang telah digadaikan. 

Dia berangkat dengan sebuah harapan bahwa ada suatu perubahan yang ia akan dapat ketika merantau dan dapat memulihkan situasi ekonomi dalam keluarga kembali. 

Di perantauan dia bekerja dengan keras selama 5 tahun, dan dia baru bisa merasakan keberhasilan di tahun yang ke 4 setelah segala hutang lunas satu persatu, sawah beserta kebun yang digadaikan berhasil pula ia tebus kembali, sehingga keluarganya dapat menggarapnya kembali. 

Di tahun yang ke 5, dia menabung segala jerih payahnya bekerja untuk modal dalam usaha yang akan ia rintis di Semarang setelah balik ke Indonesia bulan April 2021 ini.

Seperti yang dilakukan Bisri adalah suatu contoh kenekatan merantau karena kebutuhan yang mendesak dalam keluarganya. Ia berani mengambil keputusan untuk meninggalkan segala sesuatunya di kampung, terlebih harus berpisah dengan istri dan anaknya selama 5 tahun.

Memang merantau harus membutuhkan suatu keberanian yang mana harus start dari awal lagi serta tidak patah arang dalam menjalaninya, ibarat pepatah bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian. 

Apa yang saya alami ketika merantau untuk pertama kalinya adalah suatu pengalaman yang tidak terlupakan. Untuk pertama kalinya naik pesawat dengan menempuh jarak yang sangat jauh dan melelahkan, itupun orantua saya meminjam uang dari bank (credit) untuk membeli tiket pesawat dan segala keperluan lainnya. 

Sebelum meninggalkan kampung halaman, bapak dan ibu saya cuma berpesan ketika akan berangkat bahwa selalu berdoa dan mengandalkan pertolongan tangan Tuhan yang maha kasih dalam segala usaha dan pekerjaan, serta pandai dalam menjaga diri di perantauan. 

Begitu banyak suka duka yang saya alami di perantauan, bertemu dan berkumpul dengan banyak orang dari berbagai daerah, mengunjungi banyak tempat serta belajar sesuatu yang baru dan unik dimana saya belum pernah mendapatkannya di kampung halaman. Ketika saya sakit, teman-temanlah yang menjadi dokter pertama dalam memberikan pertolongan, kami saling berbagi dalam segala hal di perantauan. 

Uhmmmm...time is really faster actually, ternyata saya sudah berada di perantauan selama kurang lebih 13 tahun, waktu yang cukup lama lebih dari satu dekade.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun