Mohon tunggu...
Heri Kurniawansyah
Heri Kurniawansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pemimpi

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membaca Intepretasi Mundurnya Staf Khusus Milenial Presiden

24 April 2020   21:26 Diperbarui: 24 April 2020   21:31 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Terhitung hari ini, dua staf khusus presiden telah mengundurkan diri secara sukarela. Artinya pengunduran diri tersebut murni lahir karena keinginan sendiri, meskipun disisi lain tekanan secara eksternal itu ada. Menurut penulis, ada dua sudut pandang yang bisa kita maknai atas fenomena tersebut.

Pertama :

Dari sudut pandang substantif, sampai saat ini banyak masyarakat mempertanyakan apa sebenarnya tugas dan fungsi para staf khusus milenial itu. Tekanan tersebut semakin menguat ketika negeri ini dihantam krisis Covid-19, dimana ekspektasi publik terhadap kinerja pemerintah begitu memuncak untuk menuntaskan masalah tersebut, pada saat yang sama sungguh pemerintah membutuhkan anggaran yang sangat memadai.

Situasi tersebut secara alamiah mengafirmasikan betapa pemerintah dituntut untuk berhemat pada pembiayaan proyek-proyek dan domain administratif lainnya demi input yang memadai dalam penanganan Covid-19 ini, maka mengerucutlah pada eksistensi stafsus milenial yang diklaim tidak memiliki peran yang signifikan ditengah mereka bergelimangan pendapatan dan gaji lainnya.

Dalam situasi keberadaan mereka yang terpojok oleh persepsi publik, patologinya semakin diperkuat oleh persepsi "abuse of power" yang mereka praktekan di tengah negara sedang mengalami depresi, tepatnya mereka dianggap telah memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, padahal mereka yang sejatinya menjadi garda terdepan untuk menyudahi problem pandemi ini dengan ide dan perspektif masing-masing.

Kedua :

Dari sisi teoritis, bahwa mundurnya dua stafsus ini semakin menguatkan betapa lemahnya manajerial pemerintah dalam mengelola negara ini. Persepsi publik tidak akan lepas dari sudut pandang tersebut.

Bayangkan, belum genap setahun setelah diumumkan secara resmi sebagai stafsus milenial, sekarang mereka sudah mengundurkan diri dengan meninggalkan perspesi kurang etis dalam bernegara, yaitu peraktek mal administrasi dan abuse of power.

Maksud hati ingin menunjukkan betapa modern dan milenialnya pemerintah dengan mengangkat para CEO startup sebagai stafsus presiden, apa daya, eksistensinya justru menjadi stigma betapa lemahnya performance pemerintah di hadapan publik. Faktanya mereka tak mampu menjadi mulut negara dengan menjawab berbagai kritikan civil society terhadap pemerintah.

Dari sisi teoritis pula, menurut penulis bahwa pengangkatan para stafsus itu semakin mempertegas fragmentasi wewenang dalam birokrasi pemerintah.

Jika keberadaan mereka dikhususkan untuk mengurus domain-domain tertentu, termasuk masalah ekonomi digital, dan seterusnya, maka lembaga negara melalui berbagai kementerian juga memiliki fungsi yang sama, dimana institusi-institusi pemerintah juga memiliki staf ahli masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun