Mohon tunggu...
Heri Kurniawansyah
Heri Kurniawansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pemimpi

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Harus Erick Thohir?

9 September 2018   01:43 Diperbarui: 9 September 2018   02:01 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Erick Thohir adalah seorang pengusaha berkelas di Negeri ini, bahkan di tanah Asia Tenggara. Ada beberapa klub sepakbola Eropa dan Amerika pernah dia beli, bahkan klub basket Philadelphia NBA pernah dibelinya, ngeri kan?. Meskipun demikian, publik sebelumnya tidak terlalu mengenalnya lebih jauh sebab dia hanyalah pengusaha bukan penguasa yang setiap hari wara wiri di TV.

Pasca Asian Games, sang pengusaha selalu dielu-elukan publik dan mulai sering tampil di TV. Kesuksesan Asian Games salah satunya bisa menjadi trigger positif politik 2019.

Belum hilang di ingatan publik bagaimana megahnya Indonesia di mata dunia yang diramu oleh tangan dinginnya Erick Thohir melalui perhelatan terakbar benua Asia tersebut, akibatnya pujian demi pujian datang silih berganti dari berbagai kalangan di dunia yang ditujukan untuk Indonesia. 

Kesan yg masih sangat membekas inilah yang menjadi modal kuat atau "great poin" untuk memperkuat ingatan publik bahwa sang pengusaha adalah orang yang memang mampu dalam meramu bangsa ini, sehingga sang pengusaha menjadi pilihan utama Kubu Jokowi sebagai ketua tim pemenangan.

Namun ada impact yang lebih esensial dipilihnya Erick Thohir sebagai ketua tim pemenangan Kubu Jokowi pasca suksesnya Asian Games terhadap konstalasi politik 2019 yaitu eksistensi Erick Thohir lebih kepada mengimbangi eksistensi Sandiaga Uno yang memiliki gestur yang sangat mirip dengan Erick Thohir. Mereka sama-sama pengusaha, sugih, gagah, milenial dan disukai emak-emak serta disukai kalangan anak muda. 

Bayangkan di kubu Jokowi ada KH Maaruf Amin sebagai tokoh yang sudah sangat sepuh, dan bayangkan jika Jokowi memilih Cak Imin, Moeldoko, ataupun Hasto Kristiyanto sebagai ketua timses, sementara kubu Prabowo ada Sandi dan AHY, rasa-rasanya sangat tidak berimbang dan mata ini seolah-olah melihat dua kutub yang sangat berbeda. 

Pihak yang satunya memilih frame politik yang semi tradisional, rigid dan formal, sementara yang satunya memilih frame politik yang modern, milenial dan sesuai jamannya. Dengan demikian, eksistensi Erick Thohir dalam kubu Jokowi akan menjadi penyeimbang eksistensi Sandiaga Uno yang sama-sama memiliki paradigma enterpreneur politik kekinian. 

Konteks revolusi teknologi komunikasi yang luar biasa telah memberikan "common sense" yang dahsyat dalam modernisasi politik kekinian. Yah karena inilah jamannya, sehingga milenialitas menjadi salah satu faktor penting dalam politik modernis saat ini. 

Jika tidak mampu mengikuti nalar milenialitas politik, maka model politik semi tradisional yang dimainkan pelaku-pelaku politik kubu Jokowi tidak akan berdampak positif pada usaha untuk meraih kemenangan jika tidak memasukan orang-orang seperti Erick Thohir sebagai ketua timses.

Lalu apa pesan atau nilai yang muncul dari dinamika ini?

Menurut saya terpilihnya Erick Thohir sebagai ketua timses Jokowi memberikan kesan bahwa seorang Politician atau penguasa tidak ada apa-apanya dihadapan pengusaha. Bayangkan begitu ramai para ketua partai dan para jenderal berada dibawah perintah sang pengusaha. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun