Jelang Ramadhan (1)
Bulan puasa, bulan Ramadhan tinggal beberapa hari lagi. Sebagaimana tuntutan agama, sangat dianjurkan bagi yang wajib menunaikan ibadah tersebut, mempersiapkan dengan baik, lahir dan batin. Ada yang mengibaratkan, datangnya Ramadhan, seperti tuan rumah yang mempersiapkan diri akan kedatangan tamu agung di rumahnya.
Bisa dipastikan, akan dilakukan persiapan-persiapan untuk menyambut tamu agung tadi. Kebersihan rumah, bagaimana nanti makan dan minuman akan disajikan dan apa yang akan dikerjakan tamu, sebisanya akan difasilitasi dengan penuh rasa senang.
Pengiasan atau pengandaian akan datangnya bulan suci bagi umat Islam tersebut sangat tepat. Sehingga, tergantung masing-masing individu, akankah tergugah hatinya untuk menata hati, guna menyambut Ramadhan penuh barokah tersebut.
Untuk ini, saya bersyukur, di tempat saya bekerja, dalam beberapa hari ini, takmir masjid Al-Iklas-KPK, sudah menyusun kegiatan pra-ramadhan dan saat ramadhan tiba. Kegiatan pra-ramadhan dilaksanakan dengan kemasan Tahrib Ramadhan. Kegiatan yang dilaksanakan berupa tauziyah bakdal solat jamaah dhuhur. Para penceramah diberikan tema tentang hal-hal berkaitan dengan peneguhan dan menata hati menjelang ibadah puasa.
Ceramah tadi misalnya tentang Fiqih puasa yang disampaikan Habib Geys bin Abdurrahman Assegaf, Ramadhan Bulan pendidikan keluarga oleh Ustadz Oemar Mitha dan tema-tema lain sejenis.
Tentu ini menjadi sebuah keuntungan bagi pegawai atau karyawan dimanapun bekerja. Di sela-sela kesibukan kerja, sudah disiapkan sederet kegiatan yang mendukung penebalan keimanan, sehingga dalam menjalankan ibadah puasa menjadi lebih bermakna.
Bagi saya, kondisi ini sangat patut disyukuri, karena masih banyak saudara-saudara yang lainnya di negeri ini, dalam bekerja dari beberapa sektor kehidupan, sepertinya kedatangan bulan puasa, seolah tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan atau mengikuti kegiatan-kegiatan dalam rangka penebalan rasa iman dan takwa selama bulan Ramadhan. Masih banyak lingkungan bekerja yang menganggap datangnya bulan ramadhan, tidak berbeda dengan bulan-bulan yang lainnya.
Kondisi tadi misalnya, tidak ada pengurangan jam bekerja, tidak memberikan fasilitas untuk kegiatan selama Ramadhan, baik untuk kajian-kajian ataupun fasilitas buka bersama dan tarwih. Mereka, para karyawan tersebut, harus bisa mengatur dirinya di tengah-tengah kesibukan kerja untuk menngkatkan diri, dengan caranya sendiri, mensiasati waktu dan tempat untuk meningkatkan kapasitas ibadah selama bulan puasa.
Tidak ada perlu keluh kesah. Apapun kondisinya, tetap meluruskan niat untuk diri sendiri, bisa lebih baik dalam ibadah selama menjalani puasa. Puasa bukan menjadi penghalang, untuk tetap bekerja, mencari rejeki untuk keluarga yang penuh keberkahan.