Mohon tunggu...
Dr. Herie Purwanto
Dr. Herie Purwanto Mohon Tunggu... Penegak Hukum - PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Bismilah, Menulis Tentang Korupsi

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi Sunyi Jelang Ramadhan

8 Maret 2023   11:07 Diperbarui: 8 Maret 2023   11:26 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Dokumen Pribadi

Ada sebuah pergerakan batin, ketika dalam area publik, mendapatkan seseorang tengah membaca kitab suci agamanya. Ada perasaan tersentuh, ketika dengan lembut dari bibirnya bergerak perlahan mengeja huruf demi hurif dalam kitab tersebut. Mengapa? Ia seperti sendirian melakukan itu dan tidak perduli, jika hampir 90% lainnya justru sibuk dengan gadget-nya. Walaupun dalam prasangka baik, diantara yang 90% tersebut membuka gadget yang juga bersentuhan dengan nilai-nilai religious.

Mengapa harus ada pergerakan batin? Karena, dalam sudut pandang tertentu ia telah menempatkan diri dengan keyakinan hatinya, tanpa memerdulikan sekelilingnya, yang bisa jadi euphoria dengan urusan bisnis-nya, keluarga, kolega atau studinya. Ia dengan membatasi suaranya, tetapi tidak membatasi apa yang ia lakukan dengan bersembunyi atau sebaliknya menunjukan diri secara provokatif. Sepertinya ia biasa dan tidak perlu untuk Nampak lebih berbeda dari yang lain.

Betapa nilai-nilai seperti itu menjadi sebuah cermin, ketika orang-orang bergitu hilir mudik, terjebak dalam kehimpitan waktu yang ia buat sendiri dalam mengejar apa yang disebut sebagai urusan duniawi. Sampai-sampai, tidak tersadari olehnya bahwa minggu ini, merupakan minggu yang mendekati terbukanya pintu Ramadhan. Sebuah bulan yang penuh ampunan, kasih sayang dan barokah. Ini mengajarkan pada sebuah konsep pribadi yang tidak bisa begitu saja dilepaskan dengan permasalahan kekinian yang sedang viral.

Apalagi kalau bukan masalah gemebyarnya, gemerlapnya harta-harta yang dipamerkan oleh mereka yang konon memegang Amanah untuk bisa membawa kesejahteraan di negeri ini. Mereka seperti abai dan apa mungkin tertutup mata hatinya, bahwa kelak kegemerlapan harta mereka tersebut tidak ia bawa diujung hidupnya? Apapun agama dan keyakinannya, pasti membenarkan dogma bahwa mati tidak membawa harta.

Bila paradigma ini direduksi pada sisi kehidupan para mereka yang disebut pejabat atau penyelenggara Negara, tentulah tidak sepersenpun harta yang tidak sah, yang bukan diperoleh dari hasil keringatnya, ia terima atau ia tumpuk menjadi gunungan emas dan Permata, mobil mewah, rumah mewah dan puluhan bahkan ribuah hektar tanah yang membentang di berbagai daerah. Kesadaran mereduksi diri dalam sebuah keyakinan, bahwa amal kebaikan yang menjadi teman kelak di alam pascakematian, maka yang ada adalah sikap yang istiqomah, on the track dan menjauhkan diri dari apa yang bukan haknya.

Bukan malah sebaliknya, justru bangga dan seolah menumpuk harta, menjadi sesuatu yang menguras energy-nya untuk di mana dan bagaimana menyimpan harta yang kelewat normal banyaknya tersebut. Maka alternative pencucian uang dengan modus nominee, salah satu satunya dipilih dan menjadi solusinya. Hingga pada titik tertentu, kesadaran itu muncul saat semua terungkap dengan segala kemudahan yang tidak ia sangka sebelumnya.

Mungkin pada saat berbuat, mengesampingkan dogma-dogma relegi, karena ada balutan dan bisikan yang lebih kuat untuk menapakan kaki pada jalan yang lurus dan benar. Ia pilih itu karena yakin dengan cara itu ia akan dapatkan apa yang ia inginkan. Bahwa sejatinya ia lupa, hukum alam selalu mengajarkan ut sementem faceris ita metes, siapa yang menanam sesuatu dia yang akan memetik hasilnya.

Sepertinya, menarik harap semua manusia berprinsip dan menginternalisasikan ajaran hukum alam tadi adalah sebuah antitesis. Karena memang skema kehidupan seperti itu, selalu pada posisi berkebalikan. Ada putih, ada hitam. Ada bawa, ada atas. Ada patuh hukum, ada pelanggar hukum. Ada cari berkah, ada yang serakah. Begitulah.

Akhirnya menelisik untuk ibroh pada kesendirian membaca kitab suci, di tengah hiruk pikuk dan lalu lalang tangan sibuk dengan gadget atau aktifitas lain adalah menjadi sebuah pilihan, menjalang Ramadhan dan Suci. Marhaban Ya Ramadhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun