Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Komunisme, Khilafah dan Pancasila

2 Oktober 2022   02:07 Diperbarui: 2 Oktober 2022   05:58 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Damai - jalandamai.org

Di penghujung bulan September, salah satu isu yang sering muncul dan menjadi pembicaraan adalah soal komunisme. Reproduksi isu komunisme terus dimunculkan oleh oknum tertentu. Apa tujuannya? Untuk terus memupuk bibit kebencian dalam diri masyarakat. Masyarakat diprovokasi untuk membenci kelompok tertentu atau pemerintah. Masyarakat diprokasi dengan sentimen kebencian yang berlatar belakang agama.

Sadar atau tidak, setiap sentimen komunisme ini muncul, dibelakangnya seringkali diikuti dengan sentiment khilafah. Hal ini sebenarnya bukanlah hal yang aneh. Karena mereka jugalah yang sebenarnya seringkali memunculkan sentimen komunisme. Tujuannya untuk apa? Menyerang pemerintah. Koko bisa? Karena pemerintah dianggap perpanjangan dari kafir. Sistem demokrasi yang dijalankan saat ini dianggap produk barat.

Ketika sentimen kafir dimunculkan, sudah pasti targetnya jelas, yaitu khilafah. Karena khilafah dianggap sebagai solusi dari segala persoalan di dunia ini. Ya, lagi-lagi khilafah. Ideologi ini sebenarnya merupakan produk dari luar, yang jelas tidak sesuai jika diterapkan di Indonesia. Begitu juga dengan ideologi komunisme yang sering dipersoalkan oleh kelompok yang mengklaim dirinya paham agama. 

Padahal mereka sejatinya adalah para pengusung khilafah. Mereka seringkali berlindung dibalik pihak lain, yang menyerang dan mendapatkan simpati.

Kelompok pengusung khilafah ini seringkali berlinding dibalik Islam. Padahal Islam sendiri tidak pernah mengadopsi ideologi khilafah. Di negara timur tengah sendiri pun, tidak ada satupun yang mengusung konsep khilafah dalam sistem pemerintahannya. 

Bahkan ISIS yang mengusung khilafah pun, tidak bisa bertahan lama. Karena konsep ini sama sekali tidak relevan. Tidak menghargai kemanusiaan sama sekali. Nyawa seperti tidak ada harganya. Padahal, Islam dan agama lainnya menentang yang namanya menghilangkan nyawa orang lain.

Komunisme dan khilafah, pada dasarnya memiki kesamaan. Keduanya tidak mengakui Pancasila. Padahal, Pancasila merupakan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat Indonesia. Karena itulah nilai-nilai itu bisa diterima oleh masyarakat Indonesia yang majemuk. 

Nilai-nilai itu yang terbukti mampu merangkul keberagaman. Melalui semboyan bhinneka tunggal ika, masyarakat Indonesia bisa hidup berdampingan dalam keberagaman. Pancasila merupakan kesepakatan dari para pendahulu negeri ini. Sifatnya sudah final dan tidak bisa diganggu gugat lagi.

Dalam perjalanannya, berbagai ideologi masuk ke Indonesia dan berusaha menggantikan Pancasila, yang sudah ditetapkan sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia. Pancasila juga sudah ditetapkan sebagai dasar negara Indonesia. Karena itulah mempersoalkan Pancasila di masa sekarang ini, menjadi tidak masuk akal. Semestinya, nilai-nilai Pancasila diimplementasikan ke dalam setiap perkataan dan perbuatan.

Mari membekali diri dengan literasi yang cukup. Cek ricek setiap informasi yang berkembang dan jangan mudah percaya. Selain itu, belajarlah agama yang benar, agar kita tidak mudah terprovokasi oleh sentimen keagamaan yang sering digunakan kelompok radikal untuk melakukan provokasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun