Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biasakan untuk Saling Peduli, Jangan Saling Membenci

30 April 2022   06:28 Diperbarui: 30 April 2022   06:34 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai - jalandamai.org

Indonesia adalah negara dengan tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Keberagaman yang tinggi itu terkadang seringkali dipersoalkan oleh sejumlah kelompok. Mereka adalah kelompok yang merasa paling benar, karena merasa bagian dari mayoritas. 

Pemahaman semacam ini semestinya tidak terjadi, karena kita semua tinggal di Indonesia. Dimana keberagaman menjadi sebuah keniscayaan yang tak bisa dilawan dan dibantah. Keberagaman di Indonesia merupakan anugerah yang harus kita jaga dan lestarikan.

Meski Indonesia dibangun diatas fondasi keberagaman, nyatanya masih saja ada seseorang atau kelompok yang terus mempersoalkan keberagaman. Memang mereka pada dasarnya bagian dari kelompok yang terpapar radikalisme. 

Kok bisa? Karena mereka selalu mengklaim bagian dari mayoritas muslim Indonesia. Mereka selalu memandang orang yang berbeda sebagai pihak yang sesat, salah, bahkan kafir. Mereka juga selalu mengklaim selalu menegakkan jalan Tuhan, sementara ucapan dan perilakunya justru tidak mencerminkan nilai-nilai keagaman.

Di bulan Ramadan ini, mari kita saling introspeksi. Jika selama ini masih ada ucapan dan perilaku yang justru tidak mencerminkan budaya dan agama kita, lebih baik segera hentikan. Indonesia dan semua agama yang ada di negeri ini, saling sinergi, saling melengkapi dan tidak pernah saling membenci. 

Jika ada yang merasa bagian dari agama tertentu, kemudian menjelekkan agama yang lain, mereka jelas salah dan tidak perlu diikuti. Karena agama apapun yang ada di negeri ini tidak ada yang mengajarkan kebencian.

Kebencian yang merupakan sifat negative dari setiap manusia, berpotensi menjadi kebencian massal jika terus disebarluaskan melalui kecanggihan teknologi. Apalagi jika terus diprovokasi dengan ujaran kebencian di sosial media, bisa berpotensi melahirkan konflik di tengah masyarakat. Dan hal semacam ini pernah terjadi di sekitar kita. Hanya karena provokasi, perbuatan intoleran bisa terjadi. Sebut saja seperti aksi pembarakan tempat ibadah di Tanjung Balai Sumatera Utara beberapa tahun lalu. Aksi pembakaran tersebut terjadi karena adanya provokasi di media sosial.

Kebencian harus dikendalikan. Bagaimana caranya? Mari perbanyak perbuatan baik. Mari perbanyak berbagi dengan orang lain. Dengan memperbanyak perbuatan baik dalam diri, segala bibit negatif diharapkan akan hilang dalam pikiran. Untuk merangsang perbuatan baik tersebut, kita harus lebih peduli dan peka terhadap lingkungan sekitar. Karena membangun kepedulian sangat diperlukan, agar kita bisa hidup berdampingan dalam keberagaman.

Dengan saling peduli, kita akan belajar saling memahami. Kita tidak akan sibuk mencari kejelekan atau perbedaan. Karena konsentrasinya akan lebih fokus pada saling sinergi untuk memberikan warna baru, bukan sinergi untuk menebar kebencian. 

Dengan sinergi untuk saling peduli, maka akan terbangun sebuah komunitas masyarakat yang menyenangkan. Karena masyarakatnya tidak sibuk mencaci, tidak mempersoalkan perbedaan, dan mengedepankan rasa hormat dan saling menghargai antar sesama. Dan semua itu, sudah diajarkan para pendahulu melalui nilai-nilai kearifan lokal. Dan semua itu sudah diajarkan Rasulullahw SAW, Wali Songo, dan tokoh-tokoh agama lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun