Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Jangan Kotori Bulan Suci dengan Kebencian

16 April 2022   09:10 Diperbarui: 16 April 2022   09:12 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai itu Indah - jalandamai.org

Meski Ramadan masih berlangsung, puasa masih berlangsung, praktek penyebaran kebencian di media sosial nampaknya masih berlangsung. Peristiwa aksi unjuk rasa mahasiswa pada 11 April 2022 disikapi dengan pernyataan kebencian di dunia maya. 

Ada yang membenci kebijakan pemerintah, ada yang menjadi provokator, dan segala macamnya. Apalagi ada peristiwa pemukulan yang menimpa Ade Armando, semakin banyak provokator bermunculan. Tidak hanya di dunia maya, tapi juga terjadi di dunia nyata. 

Padahal, aksi unjuk rasa di bulan suci mestinya bisa berjalan damai, tidak perlu ada aksi kekerasan. Pertanyaannya kemudian, kenapa Ramadan masih ada pihak-pihak yang tidak bisa mengendalikan diri?

Esensi dari puasa memang tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga mengendalikan hawa nafsu. Termasuk diantaranya adalah mengendalikan amarah. Keributan di aksi BEM SI pekan kemarin, menunjukkan bahwa masih banyak pengendalikan diri yang belum selesai diantara kita semua. Karena itulah mari kita introspeksi. 

Mumpung masih bulan Ramadan. Mari belajar mengendalikan diri, agar bisa memahami esensi dari puasa itu sendiri. Mumpung masih Ramadan, masih ada waktu untuk menebar kebaikan.

Negeri ini perlu penebar bibit kebaikan, bibit positif yang memberikan inspirasi. Dan semoga penebar bibit kebaikan ini tidak hanya terjadi di bulan suci saja. Setelah itu masih terus terjadi. Karena Rasulullah SAW pun terus memberikan contoh positif sepanjang hidupnya. Jika kita memang merupakan pribadi yang religius, semestinya segala ucapan dan perilaku kita juga mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Bisa jadi akar dari maraknya intoleransi di sekitar kita adalah tidak terkendalinya kebencian dalam diri. Jika kita lihat media sosial saat ini, banyak sekali provokasi dan ujaran kebencian bermunculan setiap harinya. Tidak hanya dalam unggahan, tapi juga dalam status-status yang ditulis. Motifnya pun mulai bermacam. Mulai dari persoalan suka tidak suka, perbedaan pandangan, hingga perbedaan keyakinan, bisa berujung saling caci antar sesama.

Padahal, kita semua sejatinya adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Kita adalah makhluk yang perlu interaksi satu dengan lainnya. Karena itulah dalam setiap interaksi tidak boleh egois, merasa paling benar, merasa bagian dari mayoritas, merasa paling suci, atau perasaan 'paling' yang lain. 

Mari kita saling berdampingan dalam keberagaman yang ada. Ingat, kita tinggal di negara yang mempunyai tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Jika diantara kita masih mempersoalkan perbedaan dan keberagaman, tentu sangat disayangkan. Karena keberagaman tersebut pada dasarnya adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita semua.

Mari kita jadikan Ramadan ini sebagai momentum, untuk kembali merekatkan ikatan persaudaraan. Jangan kotori bulan suci ini dengan kebencian. Mari hiasi Ramadan ini dengan hal positif yang bisa memberikan inspirasi. Mari lepaskan bibit kebencian dalam diri. Mari lepaskan politik praktis di dunia maya. Ingat, kita semua adalah makhluk sosial yang semestinya bisa saling berdampingan dalam keberagaman. Salam introspeksi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun