Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Asumsi, Kritik, dan Fitnah Digital

19 Juni 2021   22:31 Diperbarui: 19 Juni 2021   23:18 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di era digital ini, kebiasaan masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya di media sosial begitu tinggi sekali. Apa saja di komentari, lalu dijadikan status. Apa saja dianalisa, lalu diunggah ke akun media sosial. Apa yang diunggah tersebut, terkadang hanya reaksi sesaat saja. Tidak ada referensi yang cukup kuat, yang bisa mempertegas informasi yang diunggah. Tak jarang dari status atau unggahan yang dimunculkan, hanya sebatas asumsi saja. Ironisnya, asumsi tersebut bersifat subyektif dan cenderung provokatif serta bernuansa ujaran kebencian.

Asumsi yang tidak didasarkan ada referensi ini harus dikurangi. Apalagi secara sengaja disebarluaskan ke dunia maya. Ingat, apapun yang kita unggah, pasti akan dibaca oleh orang lain. Minimal oleh teman-teman kita. Apa jadinya jika asumsi tersebut didasarkan pada informasi yang salah. Maka yang menyebar adalah informasi yang menyesatkan.

Pada level yang lebih tinggi, asumsi yang salah ini bisa juga dalam bentuk kritik. Alasannya, kritik tersebut bagian dari kebebasan berpendapat. Bagian dari sistem kontrol masyarakat ke pemerintah, kontrol dari bawahan ke atasan. Ya, alasan tersebut memang benar. Namun yang juga harus menjadi perhatian adalah kritik tersebut juga harus dilakukan dengan cara-cara yang santun, yang tidak provokatif dan mengandung kebencian. Tidak hanya itu, kritik juga harus disertai dengan data dan fakta yang tepat. Hal ini penting agar juga bisa jadi pembelajaran bagi seluruh masyarakat.

Dalam ajaran agama pun, kritik pada dasarnya tidak dilarang, hanya saja harus disertai dengan data. Karena menuduh orang lain berbuat buruk, tanpa fakta atau data yang valid, hal itu sama halnya dengan fitnah. Dan fitnah dianggap lebih kejam dari pada pembunuhan. Banyangkan jika fitnah itu dilakukan di dunia maya, maka jejak fitnah digital ini akan sulit dihapus. Dan kalau fitnah digital tersebut dibaca, atau dilihat oleh masyarakat yang tingkat literasinya rendah, bisa berpotensi memunculkan fitnah dan provokasi yang baru.

Begitu juga dalam tatanan membangun kehidupan bernegara dan demokratisasi sebuah bangsa, kritik sangat diperlukan. Hanya saja tetap harus mengedepankan data dan fakta yang obyektif, dalam penyampaian kritik tersebut. Dan masyarakat, juga harus menjadi pribadi yang cerdas agar bisa mencerna informasi yang berkembang secara utuh. Pada titik ini, budaya literasi wajib dilakukan oleh setiap orang di era digital yang begitu pesat ini.

Banyak contoh yang bisa kita jadikan pembelajaran bersama. Asumsi yang salah bisa dimaknai sebagai kebenaran, jika orang tersebut tidak melakukan cek dan ricek. Mari kita lihat kasus pembohongan yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet, jelang pemilihan presiden beberapa tahun lalu. Karena pembohongan yang dia lakukan, semua orang marah dan simpatisan salah satu pasangan calon juga marah. Akibatnya, masyarakat dibawah saling marah karena kedua belah pihak terlihat aksi saling caci, saling menjatuhkan dan saling mencari kelemahan lawan.

Mari saling introspeksi dan saling mengendalikan diri. Tidak usah merasa paling benar dan menilai orang lain sebagai pihak yang salah. Saatnya membekali diri dengan informasi yang tepat dari sumber yang terpercaya. Setop menjadi provokator. Ingat, saat ini kita semua sedang susah. Pandemi covid-19 yang masih terjadi, butuh Kerjasama semua pihak agar bisa melawatinya. Mari saling menguatkan, jangan saling melemahkan. Hilangkah asumsi yang menyesatkan. Kritiklah dengan data dan fakta, agar terhindari dari fitnah digital. Salam introspeksi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun