Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waspada Situs Provokatif Penyebar Kebencian Digital

6 Maret 2021   08:09 Diperbarui: 6 Maret 2021   08:11 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media Sosial - @DamailahRI

Provokasi merupakan bentuk perilaku yang tidak baik. Provokasi sama halnya dengan adu domba. Ketika masa penjajahan, kita semua menjadi korban adu domba penjajah, sampai akhirnya harus hidup dalam masa penjajahan ratusan tahun. 

Karena adu domba ini pula, perjuangan para pahlawan tidak bisa bersatu, karena antar sesama saling curiga dan menyalahkan. Namun begitu sadar bahwa adu domba itu merusak persatuan, masyarakat melawannya dengan bersatu sampai akhirnya kemerdekaan bisa kita raih dan rasakan hingga saat ini.

Seiring dengan kemajuan teknologi, banyak orang mulai menyampaikan ekspresinya melalui media sosial. Tidak sedikit pula yang membuat situs sendiri, untuk mengakomodir segala kepentingannya. 

Karena dunia maya merupakan bagian dari ruang publik virtual, segala aktifitas pun bisa dilakukan dengan mudah. Semua orang bisa beraktifitas di dalamnya. Sayangnya, kemudahan dalam beraktifitas itu disalahgunakan oleh sebagian orang, untuk menyebarkan konten-konten yang tidak bertanggungjawab. Salah satunya adalah maraknya situs dan konten provokasi penyebar kebencian.

Beberapa pekan yang lalu, ketua umum nahdlatul ulama Said Aqil Siradj kembali mengingatkan kepada kominfo, untuk menutup situs atau akun yang dikelola oleh kelompok wahabi. 

Keberadaan situs yang sering digunakan sebagai media dakwah ini, seringkali menyebarkan ajaran-ajaran yang cenderung radikal dan provokatif. Orang-orang yang terpapar ajaran ini, akan lebih mudah terpapar intoleransi dan radikalisme. 

Bahkan untuk dipengaruhi menjadi bagian dari aksi terorisme pun akan lebih mudah, jika yang bersangkutan sudah terpapar virus radikalisme.

Menjadi tugas kita bersama untuk terus melakukan pengawasan dan meningkatkan kewaspadaan. Hal ini penting karena semua orang bisa mengakses internet, dan semua orang aktif di media sosial. 

Dari anak-anak hingga dewasa banyak menghabiskan waktunya di dunia maya. Terlebih dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, internet menjadi pilihan menarik untuk mengurangi aktifitas di luar rumah. 

Namun beraktifitas di internet, tidak boleh dengan tangan kosong. Harus punya bekal yang cukup alias literasi yang kuat. Jika kita tidak punya dasar informasi yang akurat, tentu akan mudah menjadi korban provokasi situs menyesatkan di dunia maya.

Tak jarang diantara kita mungkin pernah mendapatkan link berita tertentu yang masuk ke ponsel kita. Hal ini dilakukan agar semua orang bisa masuk ke situs yang dimaksud. 

Terkadang mereka juga menuliskan pernyataan-pernyataan yang membuat kita tertarik untuk masuk. Setelah masuk, tidak sedikit diantara kita yang bingung, galau, dan akhirnya menjadi korban provokasi. 

Provokasi yang mereka lakukan umumnya mempengaruhi pola pikir kita terlebih dulu. Ketika pola pikirnya sudah bisa dipengaruhi, provokasi lanjutannya adalah melakukan tindakan intoleran.

Indonesia yang mayoritas Islam, selalu dijadikan dasar provokasi yang mereka lakukan. Karena mayoritas muslim, Indonesia harus menerapkan ajaran Islam dalam setiap kebijakannya. 

Ironisnya, ajaran yang dimaksud terkadang juga mereka belokkan yang bisa memberikan makna yang berbeda. Untuk itulah, mari terus saling mengingatkan, mari terus saling menebar pesan damai. Mulailah dari diri sendiri, dengan cara mengunggah postingan yang menyejukkan. Sebarkanlah nilai-nilai kearifan lokal yang mungkin mulai ditinggalkan oleh sebagian orang. 

Sebagai generasi penerus, harus bisa meneruskan warisan leluhur agar kita tidak lupa akan sejarah. Agar kita tidak lupa akan kebesaran negeri ini yang bisa menyatukan keberagaman dalam sebuah bingkai negara kesatuan republik Indonesia. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun