Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saatnya Menjadi Tokoh Pemersatu, Bukan Pemecah Belah Persatuan

28 November 2020   09:34 Diperbarui: 28 November 2020   09:36 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - kompas.com

Belakangan polemik tentang FPI Kembali mengemuka, paska pulangnya Rizieq Syihab dari Arab Saudi. Perdebatan muncul ketika polisi akhirnya mulai menaikkan proses penyelidikan ke penyidikan, atas dugaan pelanggaran pidana. Protokol Kesehatan yang diterapkan secara ketat di masa pandemi ini, diduga dilanggar, yang menyebabkan kerumunan massa terjadi. Bahkan ketika seorang Pangdam Jaya juga turut tangan dalam persoalan penurunan poster, juga membuat ramai. Pangdam dengan tegas mengatakan akan menindak siapapun yang menganggu persatuan dan kesatuan Jakarta.

Polemik yang berkembang ini memang bisa memicu perpecahan di tengah masyarakat. Apalagi provokasi dan ujaran kebencian seringkali juga muncul, membuat gaduh suasana. Ketika kasus naik ke penyidikan, muncul anggapan tebang pilih. Bisa jadi nanti muncul diskriminasi, atau yang lain. Mari kita belajar dari sejarah. Sudah terlalu sering kita mendapatkan provokasi semacam ini, dan memicu terjadinya perpecahan.

Indonesia adalah negara hukum. Siapapun yang melanggar harus menjalani proses hukum, tanpa kecuali. Penegakan hukum ini penting agar persatuan dan kesatuan ini tetap terjaga. Ingat, kasus positif covid-19 di Indonesia masih tinggi, masih ribuan. Untuk bisa menekan turunnya angka tersebut, tidak bisa mengandalkan dari pemerintah, atau aparat keamanan. Menjadi tugas kita untuk tetap menjalankan protokol Kesehatan, agar penyebaran virus bisa diminimalisir sambil menunggu vaksin.

Mari kita sudahi saling melempar kebencian. Mari kita sudahi merasa paling benar. Jika kebenaran melawan kebenaran, siapa yang kemudian benar. Yang satu merasa paling benar, yang satu merasa menegakkan kebenaran. Publik akhirnya tidak bisa memilah dan mencerna, mana sejatinya yang paling benar. Tidak usah mencari siapa yang benar dan salah. Mari saling berdampingan, saling menghargai, dan saling bertoleransi.

Tidak ada salahnya jika kita saling bertoleransi di masa pandemi ini. Tidak perlu saling 'ngotot' satu sama lain. Mari aktif menyebarkan pesan damai karena sejatinya kita tinggal di negara damai, bukan negara konflik. Mari kita saling merangkul, jangan saling memukul karena alasan atau kepentingan apapun. Dengan menjadi tokoh pemersatu, keberagaman di negeri ini akan tetap terjaga. Dan anak cucu kita nanti akan bisa ikut menikmatinya.

Dengan persatuan, kita bisa membuat negeri ini semakin berkembang. Dengan persatuan, kita akan maju bersama, tanpa harus ada yang menindas atau ditindas. Tanpa harus ada yang menghakimi atau dihakimi. Semuanya setara, mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Dan salah satu kewajiban yang harus kita lakukan adalah menjaga persatuan dan kesatuan, saling menghargai, dan saling tolong menolong antar sesama.

Menjadi pemersatu bukanlah hal yang susah. Karena menyatukan keberagaman merupakan bagian dari perbuatan baik. Dan dalam agama apapun, perbanyak berbuat baik sangat dianjurkan. Semoga ini bisa jadi renungan bersama. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun