Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cegah Penyebaran Bibit Intoleransi di Lembaga Pendidikan

18 Januari 2020   08:56 Diperbarui: 18 Januari 2020   08:55 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar Mengajar - https://jateng.sindonews.com/

Belum lama ini, dunia maya dikejutkan dengan adanya dugaan intimidasi yang dilakukan oleh salau seorang siswa ke siswa yang lain, karena tidak mengenakan jilbab.

Peristiwa ini terjadi di SMAN 1 Sragen, Jawa Tengah. Z merupakan salah siswa yang merasakan intimidasi tersebut. Menurut pengakuan orang tua, anaknya seringkali mendapatkan bullying di teman-temannya. 

Peristiwa ini juga sempat menyedot perhatian gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Tim dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, telah diperintahkan ke Sragen untuk melakukan klarifikasi dan persuasi untuk menyelesaikan kasus ini.

Praktek intimidasi karena belum berjilbab ini, tidak dibenarkan. Bahkan dalam Islam sendiri pun, tidak pernah mengajarkan unsur paksaan sedikit pun. Mari kita belajar melihat sejarah. 

Ketika Islam masuk ke tanah Jawa misalnya, tidak pernah ada unsur kekerasan. Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Wali Songo, mengajarkan tentang toleransi. Terbukti, Islam bisa diterima masyarakat yang ketika itu rata-rata sudah memeluk agama Hindu. 

Bahkan, Islam bisa akulturasi dengan budaya-budaya lokal yang ada. Perpaduan Islam, dengan Hindu, Jawa atau yang lain juga bisa dilihat dari berbagai peninggalan bangunan lama yang ada.

Rasulullah SAW pun juga tidak pernah mengajarkan kekerasan dalam Islam. Rasulullah SAW selalu mengajarkan untuk merangkul kepada siapapun. Bahkan kepada pihak-pihak yang membenci dan berbedap pandangan pun, tidak pernah disikapi dengan kebencian. Teladan inilah yang semestinya dijadikan pegangan bagi seluruh umat muslim di Indonesia dan seluruh dunia.

Dalam perjalanannya, Indonesia menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Semestinya semua masyarakatnya mengedepankan toleransi, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan Wali Songo. Tapi dalam perjalanannya, masih saja ada pihak-pihak yang secara sengaja menyebarkan bibit kebencian dan intoleransi yang mengatasnamakan Islam.

Baru-baru ini, publik kembali dikejutkan dengan adanya yel-yel yang diajarkan salah seorang pemina pramuka di SDN Timuran Yogyakarta. Sang pembina mengajarkan yel-yel "Islam, Islam Yes, Kafir, kafir No." Peristiwa ini langsung mendapatkan protes di dunia maya. 

Sikap eksklusivisme sang pembina yang ditularkan ke para siswa ini, berpotensi melahirkan bibit intoleransi. Orang diluar Islam akan dianggap sebagai kafir. Dan ketika dianggap sebagai kafir, intimindasi atau persekusi dianggap menjadi hal yang lumrah. Fakta-fakta inilah yang sekarang ini terjadi di sekitar kita, termasuk dalam lembaga pendidikan.

Menjadi tugas kita bersama, untuk mencegah penyebaran bibit intoleransi dan radikalisme di lembaga pendidikan. Tugas ini tentu tidak bisa dibebankan sepenuhnya ke tenaga pengajar, tapi semua pihak termasuk para orang tua. 

Anak juga harus mendapatkan perhatian yang cukup di rumahnya. Anak juga harus mendapatkan pendidikan karakter yang benar di dalam keluarganya. Sehingga anak mempunyai filter yang kuat, jika menemukan kejanggalan-kejanggalan pemahaman yang mereka dapatkan di sekolah. Salam toleransi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun