Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Saling Menguatkan Budaya Toleran di Tahun 2020

4 Januari 2020   21:54 Diperbarui: 4 Januari 2020   21:54 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - idntimes.com

Banyak orang bilang tahun 2020 akan banyak tantangan yang dihadapi. Di awal tahun, sejumlah daerah terkena bencana banjir. Jakarta, sebagian Jawa Barat dan Banten juga terendam banjir. Tidak hanya korban jiwa, kerugiaan yang tak terhingga akan terjadi. Tantangan lain adalah masih menguatnya pesan kebencian diantara masyarakat. Penguatan kebencian ini tak bisa dilepaskan dari masih menguatnya propaganda radikalisme di media sosial.

Penyebaran ujaran kebencian ini terus terjadi dalam beberapa tahun kebelakang. Bahkan ketika tahun politik selesai pun, juga masih saja terjadi. Jauh sebelum itu, ujaran kebencian digunakan oleh kelompok intoleran, untuk mendapatkan simpati orang lain. Akhirnya radikalisme pun terus menguat seiring dengan penguatan penyebaran kebencian. Tanpa disadari, sentimen SARA kemudian terus menguat di kalangan masyarakat.

Sekedar mengingatkan, Indonesia sebenarnya mempunyai nilai kearifan lokal sangat kuat yang mungkin tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lain. Setiap suku yang ada selalu mengajarkan tentang kebersamaan, tentang cinta kasih, rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama. Rasa saling toleran itulah yang kemudian membuat keberagaman negeri ini bisa saling terjaga. Mari kita lihat sejarah. Dalam keberagaman, masyarakat Indonesia masih tetap bisa hidup berdampingan dan tetap bisa bersatu.

Ketika era kemerdekaan, perjuangan melawan penjajahan bisa membuahkan hasil ketika persatuan itu bisa dilakukan. Karena persatuan, kemerdekaan itu masih bisa kita rasakan hingga saat ini. Karena persatuan pula, kita bisa mengisi dan mempertahankan kemerdekaan ini. Namun, akhir-akhir ini semangat persatuan ini terus diganggu oleh menguatnya bibit radikalisme, yang masuk melalui ujaran kebencian. Persatuan dirusak oleh provokasi yang membuat amarah mengalahkan keramahan.

Amarah yang diselimuti kebencian yang membabi buta itu, telah melahirkan banyak persekusi. Sikap merasa benar sendiri dan cenderung mengkafirkan orang yang berbeda itu, telah melahirkan serangkaian perilaku intoleran. Bahkan dalam kondisi yang ekstrem, telah melahirkan berbagai banyak aksi terorisme.

Tahun 2019 banyak dihiasi perilaku intoleran. Banyak dihiasi persekusi yang terjadi karena kita mudah terprovokasi. Di tahun 2020 ini, mari kita bekali diri kita masing-masing dengan literasi, agar kita tidak mudah terprovokasi. Era milenial ini telah membuat perkembangan informasi begitu pesat. Jika kita tidak bisa membedakan mana informasi yang benar dan tidak, maka kita akan mudah diombang-ambingkan informasi yang menyesatkan.

Mari kita introspeksi. Jadikan tahun 2019 sebagai pembelajaran. Jangan lagi ada provokasi antar sesama manusia. Jangan lagi penyebaran kebencian. Semuanya itu hanyalah akan menguatkan bibit radikalisme yang ada di dalam masyarakat. Dan ketika bibit radikalisme terus ada di masyarakat, maka bibit terorisme itu akan sewaktu-waktu bisa muncul. Dan kita tahu bersama, terorisme merupakan kejahatan kemanusiaan yang harus kita lawan dan tidak boleh lagi ada di negeri yang mengedepankan toleransi ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun