Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Propaganda Radikalisme Harus Dilawan dengan Propaganda Cinta Kasih

19 Oktober 2019   10:50 Diperbarui: 19 Oktober 2019   10:59 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lawan Radikalisme - jalandamai.org

Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, tak dipungkiri bahwa penyebaran informasi terjadi begitu pesat. Dan kondisi inilah yang membuat banyak milenial merapat, karena merasa segala kebutuhannya dipermudah.

Bagaimana tidak, ketika tidak mengerti tentang suatu istilah saja misalnya, tinggal ketik di mesin pencari, jawabannya langsung di dapat. Kondisi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh kelompok radikal, untuk menyusupkan propaganda radikalisme dalam setiap postingan, meme, video, atau apapun yang diunggah melalui media sosial.

Sadar atau tidak, segala postingan tersebut merupakan bagian dari propaganda radikalisme yang disebarkan oleh kelompok radikal. Dan bagi orang yang tidak membekali dirinya dengan literasi media, yang tidak membekali dengan informasi yang benar dan pemahaman agama yang benar, tentu mereka akan mudah terprovokasi.

Karena di era kemajuan seperti sekarang ini, kita harus benar-benar bisa membedakan mana informasi yang benar dan mana yang tidak. Mana yang hoaks mana yang valid.

Mari kita introspeksi. Indonesia adalah negara yang berbudaya. Negara yang sangat menghargai keragaman, toleransi, masyarakatnya ramah dan saling tolong menolong antar sesama. Jika ada sebagian orang yang merasa bagian dari mayoritas dan bisa berbuat semaunya, sepertinya mereka harus kembali merenungkan tentang Indonesia. Karena tidak ada tradisi masyarakat Indonesia yang menganjurkan untuk saling membenci.

Ketika ada perbedaan pendapat ataupun perselisihan, masing-masing suku mempunyai tradisi untuk mendapatkan win-win solusi. Cara seperti itulah yang kemudian sering kita dengar dengan istilah musyawarah.

Mari kita kikis segala bibit kebencian yang mungkin masih ada dalam diri. Memelihara kebencian tidak ada untungnya buat diri dan masyarakat sekitar, apalagi bangsa ini.

Kebencian hanya akan bisa menghancurkan segala yang ada. Kebencian yang tak terkendali bisa membuat keramahan menjadi amarah yang tak terkendali. Kebencian yang tak terkendali juga bisa memicu terjadinya konflik di tengah masyarakat. Sementara sebagai masyarakat sosial, kita dituntut untuk tetap bisa hidup berdampingan antar sesama.

Kebencian inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh kelompok radikal, untuk dijadikan pelaku-pelaku teror. Para pelaku teror, umumnya sudah terpapar propaganda radikalisme. Para pelaku teror umumnya merasa paling benar sendiri, dan menilai orang lain sebagai pihak yang salah. Akibatnya, tidak ada diskusi, tidak interaksi, dan yang ada adalah persekusi.

Pihak yang salah selalu dianggap sebagai pihak yang sesat. Propaganda ini jelas salah. Kebencian tidak boleh dihadapi dengan kebencian. Kebencian harus dihadapi cinta kasih. Seperti yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya. Gunakan media sosial sebagai media untuk menyebarkan pesan damai, pesan kesejukan dan kesan kemanusiaan. Islam dan semua agama yang ada di negeri ini selalu mengajarkan cinta kasih antar sesama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun